Selasa, 19 November 2024

Melestarikan Alam: Dari Literasi ke Aksi untuk Keberlanjutan

 


Membuka kembali file lama dan menemukan laporan pelaksanaan lomba pidato dalam rangka mendorong literasi lingkungan hidup bagi para pelajar tingkat SMA maka tidak ada salahnya untuk menuliskan  kembali peristiwa mada lalu sebagai upaya menciptakan memori kolektif terhadap peristiwa tersebut dimasa mendatang. Mengawali tulisan ini bahwa  Panggung Terbuka Arboretum Ir. Lukito Darmadi di Manggala Wanabhakti Jakarta menjadi saksi bagi para talenta muda yang berbicara penuh semangat tentang keberlanjutan lingkungan hidup dan kehutanan pada Kamis, 12 September 2024. Lomba Pidato Standarisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang diikuti oleh pelajar dari berbagai SMA se-Jabodetabek, mengangkat tema “Standar Lingkungan Hidup dan Kehutanan = Solusi Sederhana Dampak Luar Biasa.” Tema ini menggugah kesadaran bahwa tindakan-tindakan kecil dalam kehidupan sehari-hari dapat membawa dampak besar untuk masa depan planet bumi.

Sebagai bagian dari upaya untuk memperkenalkan Standarisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) kepada generasi muda, lomba ini juga memiliki tiga urgensi penting. Pertama, memperkenalkan tugas dan fungsi standar LHK sebagai alat pengendalian lingkungan yang dapat mengurangi risiko kerusakan lingkungan akibat kegiatan usaha yang tidak terkendali. Kedua, mendorong pemikiran kreatif dan ide-ide baru dari talenta muda untuk menciptakan solusi atas isu-isu lingkungan yang semakin kompleks. Ketiga, untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman generasi muda tentang tantangan lingkungan yang ada, baik di tingkat nasional maupun global, serta bagaimana solusi berkelanjutan dapat diwujudkan melalui tindakan sederhana namun efektif.

Membuka Wawasan melalui Literasi Lingkungan

Lomba ini juga menjadi sarana untuk membangun literasi lingkungan di kalangan pelajar, yang akan menjadi agen perubahan bagi lingkungan hidup di masa depan. Literasi lingkungan, yang mencakup pengetahuan tentang pentingnya menjaga alam serta kemampuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sangat penting dalam menghadapi tantangan lingkungan global. Pendidikan lingkungan tidak hanya terfokus pada pengetahuan teknis, tetapi juga pada pengembangan sikap dan kebiasaan yang dapat mendukung kelestarian bumi.

Di dalam konteks ini, lomba pidato menjadi wadah yang ideal untuk menyampaikan pesan-pesan kesadaran lingkungan dengan cara yang lebih mudah diterima oleh masyarakat luas, terutama generasi muda. Melalui pidato-pidato yang penuh semangat, peserta lomba mampu menggugah audiens untuk bertindak, bukan hanya berbicara tentang masalah yang ada, tetapi juga mencari solusi-solusi sederhana yang dapat membawa dampak luar biasa.

Standarisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sebagai Solusi

Salah satu aspek penting yang diperkenalkan dalam lomba ini adalah tentang Standarisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), yang berfungsi sebagai sebuah alat pengendalian dan penegakan hukum bagi kelestarian lingkungan. Standarisasi LHK mencakup berbagai kebijakan, aturan, dan prosedur yang memastikan bahwa setiap kegiatan usaha atau pembangunan yang dilakukan tetap memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Standarisasi ini memiliki peran penting dalam mengatur pengelolaan sumber daya alam, termasuk hutan, air, udara, dan sampah, sehingga dapat mencegah kerusakan yang lebih besar di masa depan.

Namun, seperti yang ditekankan dalam lomba pidato, penerapan standar LHK bukan hanya tentang kebijakan formal atau prosedur administratif, melainkan juga melibatkan peran serta masyarakat, khususnya generasi muda. Penerapan standar ini membutuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang cara-cara sederhana yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mendukung upaya pelestarian alam, seperti pengurangan penggunaan plastik, pemilahan sampah, dan penggunaan energi yang lebih efisien.

Menumbuhkan Kreativitas dan Ide-ide Inovatif

Tema lomba yang mengusung “Solusi Sederhana Dampak Luar Biasa” membuka ruang bagi peserta untuk mengembangkan kreativitas mereka dalam merancang solusi-solusi berbasis sederhana yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa peserta mengangkat isu-isu lingkungan yang sangat relevan dengan situasi saat ini, seperti krisis iklim, pengelolaan sampah plastik, dan deforestasi. Dalam pidato-pidato mereka, para peserta menunjukkan bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari tindakan-tindakan kecil yang dilakukan secara kolektif.

Contoh dari pidato yang menginspirasi adalah pidato yang disampaikan oleh Rifqi Nizar Ramadhan, juara pertama lomba ini. Rifqi mengangkat tema tentang pengelolaan sampah yang buruk, yang semakin memperburuk krisis iklim. Ia mengusulkan untuk memulai dengan tindakan sederhana, seperti membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi penggunaan energi listrik. Namun, yang lebih menarik lagi, ia juga menyarankan agar generasi muda memanfaatkan platform digital untuk menyuarakan isu-isu lingkungan dan bergabung dalam gerakan-gerakan pelestarian alam, seperti Pandawara, untuk menciptakan perubahan yang lebih besar. Pandawara adalah contoh konkret bagaimana kolaborasi antar individu bisa menghasilkan dampak positif yang luas.

Allysa Nataneila, juara kedua, mengangkat permasalahan sampah plastik yang semakin menumpuk di bumi. Menurutnya, pengurangan penggunaan plastik dapat dimulai dengan kebiasaan kecil, seperti membawa tas belanja sendiri, menggunakan sedotan yang dapat digunakan kembali, dan memilih produk dengan kemasan ramah lingkungan. Allysa juga menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mendukung program-program seperti reboisasi dan penggunaan kendaraan listrik untuk mengurangi jejak karbon.

Dalam pidato yang penuh optimisme, Sachi Charissa Irmawan, juara ketiga, dalam pidatonya mengajak semua pihak untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dengan beralih ke barang-barang yang dapat dipakai ulang seperti tas belanja dan sedotan plastik yang bisa digunakan kembali. Menurutnya, perubahan kebiasaan ini mungkin terdengar kecil, tetapi jika dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat, dampaknya akan sangat besar bagi mengurangi pencemaran lingkungan.

Dampak Luar Biasa dari Tindakan Sederhana

Lomba ini mengingatkan kita bahwa meskipun masalah lingkungan yang dihadapi terasa besar dan kompleks, solusi untuk menghadapinya tidak harus selalu rumit atau mahal. Tindakan sederhana yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi penggunaan plastik, menghemat energi, dan menanam pohon, jika dilakukan secara bersama-sama, dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi kelestarian bumi.

Peserta-peserta lomba pidato ini telah menunjukkan bahwa generasi muda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam menghadapi krisis lingkungan yang semakin mendesak. Melalui pidato-pidato mereka, mereka tidak hanya menyuarakan kekhawatiran tentang kerusakan lingkungan, tetapi juga memberikan harapan dengan mengajukan solusi yang dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.

Kesadaran dan Aksi Bersama untuk Lingkungan

Salah satu hal yang sangat ditekankan dalam lomba ini adalah pentingnya kesadaran kolektif dalam menghadapi tantangan lingkungan. Para peserta pidato ini mengajak kita untuk menyadari bahwa keberlanjutan bumi bukanlah tanggung jawab individu semata, melainkan tanggung jawab bersama. Setiap tindakan, sekecil apapun, akan memberikan dampak terhadap masa depan bumi, dan oleh karena itu, kita harus bersama-sama berkomitmen untuk melakukan perubahan.

Selain itu, lomba ini juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta, untuk mencapai tujuan bersama dalam menjaga kelestarian alam. Melalui kesadaran yang dimulai dari tingkat individu, kita bisa membangun sebuah gerakan besar yang berfokus pada tindakan nyata dan keberlanjutan.

Pemenang yang Menginspirasi

Para juri yang menilai lomba pidato ini terdiri dari Drs. Bugi Kabul Sumirat, M.Phil, seorang praktisi public speaking dan storyteller, Edy Suryanto, S.Sos., M.Ilkom, dosen Ilmu Komunikasi, serta Raisa Wulan Kamila, S.Sos., C.P.S., seorang praktisi public speaking, yang memberikan penilaian berdasarkan artikulasi, intonasi, ekspresi, kesesuaian tema pidato, dan gaya pidato.

Rifqi Nizar Ramadhan dari SMA Rimba Madya Bogor berhasil meraih juara pertama dengan nilai tertinggi 85,86, diikuti oleh Allysa Nataneila dari SMAN 5 Bekasi dengan nilai 85,56 dan Sachi Charissa Irmawan dari SMAK Penabur Gading Serpong dengan nilai 85,26. Pemenang-pemenang ini tidak hanya menunjukkan kemampuan berbicara yang luar biasa, tetapi juga membuktikan bahwa mereka memiliki ide-ide kreatif yang dapat memberikan dampak nyata bagi lingkungan.

Menutup tulisan ini, lomba pidato standarisasi lingkungan hidup dan kehutanan ini merupakan sebuah langkah penting dalam membangun literasi lingkungan di kalangan generasi muda. Melalui lomba ini, para peserta telah berhasil menunjukkan bahwa tindakan sederhana, jika dilakukan bersama-sama, dapat memberikan dampak luar biasa bagi keberlanjutan bumi. Kini, saatnya bagi kita semua untuk mengambil langkah-langkah kecil namun signifikan untuk merawat bumi yang kita cintai.

Senin, 13 Maret 2023

Wara Wiri Wisuda Menemukan Atmosfirnya di Ruang Perpustakaan



Di acara wisuda saya hadir sesekali kupegangi gawai kuketik kata demi kata terbangun narasi opini di sudut pandang pustakawan.

Pedel wisuda berdentum dan derap langkah para pembesar kampus terdiri dari Rektor, para wakil rektor, Ketua dan angoota senat dan guru besar melangkah menuju podium rapat senat luar biasa dan rangkaian wisudapun dimulai.

Kata wisuda ini diserap dari Bahasa jawa Wisudha: adalah Upacara peneguhan atau pelantikan bagi seseorang yang telah menempuh Pendidikan. wikipedia.org.

Di Perguruan tinggi, wisuda titik akhir dari usaha menyelesaikan dan merupakan penanda kelulusan mahasiswa yang telah menempuh masa belajar.


Euporia Acara Wisuda


Wisudawan ditemani para orang tua


Para wisudawan ditemani oleh keluarga dan kerabat mereka, sering ruang wisuda itu menjadi sesak karena banyaknya tamu bahkan yang tidak sempat kebagian tempat akan rela menunggu di luar sampai acara selesai. 

Raymond Firth mengutarakan, wisuda menjadi simbol yang berhasil berpusat pada diri para wisudawan yang diekspresikan. Robert Bellah, pada kutipan pembuka buku The Power of Symbols, menyatakan, “Jelas bahwa kita tidak dapat membedakan kenyataan dari simbolisasinya”.   

Dikutip dari graduation source, toga dan jubah menjadi pembeda antara masyarakat yang mengenyam Pendidikan dan masyarakat biasa seiring berjalannya waktu, anggpan tersebut tak lagi berlaku, namun jubah dan toga wisuda saat ini hanya menjadi simbol pencapaian. detik.com

Memang acara wisuda selalu berkonsukuensi biaya, bukan hanya karena mendatangkan keluarga dan kerabat tapi juga biaya merias pakaian dan merias wajah khususnya wisudawati ditambah perangkat tambahan berupa  bucket ucapan selamat dan banyak lagi pernak perniknya untuk pemenuhan eksistensi. 

Dibeberpa negara acara wisuda itu terlihat berbeda, merilis laman gramedia.com para wisudawan di Portugal mengenakan top hat. Sementara itu, wisudawan di Finlandia biasanya membawa pedang, sedangkan wisudawan di Belanda bebas mengenakan pakaian apa saja diartikan selalu ada symbol dari perayaan ini. Yah mereka juga merayakannya. 

Riuh rendah di tengah euporia wisuda sangat terasa Ketika 800 lebih wisudawan berbaris dalam antrian mengelilingi ruang gedung keong yang mengikonik di IAIN Parepare ini, 

Saya duduk di sisi kiri depan menyaksikan  langsung setiap rangkaian acara wisuda, haru bercampur bahagia terlihat dari wajah wajah para hadirin di 800 wisuda ini Rektor memindahkan tali toga masing-masing wisudawan hari itu. 

Saya menemukan di laman amanat.id. Toga diasosiasikan sebagai otak. Pita toga awalnya di sisi kiri dimaknai, karena di perkuliahan mahasiswa menggunakan otak kiri mereka ini berhubungan dengan; materi, Bahasa dan juga hafalan, dan rector akan memindahkan tali toga ke kanan yang dimaknai sebuah harapan sarjana ini lebih menggunakan otak kanan yang behubungan dengan daya imajinasi, kreativitas dan juga inovasi. 

Saya menulis dan berfikir Inovasi itu terbangun dan tumbuh dari hasil belajar, mereka harus tetap belajar dan berkreasi meskipun nanti tidak lagi di meja kuliah. Dan para sarjana ini harus mengingat bahwa perpustakaan tempat belajar sepanjang hayat.


Perpustakaan bagi alumni

Para sarjana meninggalkan kampus tempat mereka menuntut ilmu dengan fasilitas yang mendukung kegiatan pembelajaran mereka, ruang kuliah dengan dosen yang membimbing, ada perpustakaan dan fasilitas lainnya. 

Di beberapa waktu berikutnya yang terbiasa berkunjung ke perpustakaan akan merasa terasing dengan kunjungan berikutnya karena status bukan lagi mahasiswa. 

Pandangan pemustaka ini bisa menjadi keliru jika menelisik tugas pokok perpustakaan. Pasal 1 ayat 1 UU No.43 Tahun 2007 tentang perpustakaan menyebutkan bahwa “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/ atau karya rekam, secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka”. 

Perpustakaan sebagai simbol peradaban suatu bangsa juga mempunyai fungsi rekreasi. Pengembangan fungsi rekreasi di perpustakaan berarti melengkapi tugas utama perpustakaan agar lebih menarik dan menghibur pengunjung. lipi.go.id

Selanjutnya kunjungan rekreasi ilmu di perpustakaan bagi para sarjana ini bisa menjadi kompensasi dari absennya mereka mengunjungi perpustakaan di masa kuliah dulu. 

Para sarjana ini akan menemukan atmosfir kuliah yang pernah dilalui di dalam ruang perpustakaan, yang sarat dengan urusan keilmuan sarat dengan buku-buku yang ketika kuliah dulu tidak sempat dibacanya. 

Di bangku kuliah mereka disibukkan dengan setumpuk tugas dari dosen dan tuntutan eksistensi bagi mahasiswa untuk aktif di Lembaga kemahasiswaan. 


Perpustakaan menfasilitasi penggunanya 

Kebutuhan pengguna perpustakaan harus terpenuhi oleh setiap perpustakaan yang berorientasi pengguna user oriented. 

Pengguna perpustakaan adalah semua orang yang berkunjung dan memanfaatkan sarana dan fasilitas serta layanan yang ada di perpustakaan tersebut. Menurut  (Mustofa, badollahi: 1996, 42) pengguna perpustakaan adalah masyarakat yang punya akses terhadap perpustakaan yang ada di daerah tempat tinggal pemustaka. 

setiap orang layak mendapatkan layanan yang mereka inginkan di ruang perpustakaan, membawa suasana kontekstual ke dalam ruang perpustakaan dengan menghadirkan kondisi yang dibutuhkan pengunjung perpustakaan. 

Saya menemukan dari laman kaltimprov.go,id perpustakaan berinklusi sosial itu bertujuan menfasilitasi masyarakat untuk memajukan potensinya dengan melihat budaya masyarakat dan keinginan untuk menerima perubahan, kesempatan berusaha, dan melindungi hak asasi manusia. 

Mengangkat martabat dan kemandirian bagi yang diupayakan oleh perpustakaan agar pengguna perpustakaan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. 

Item -item ini berkelindan di dalam pikiran saya, mengambil peranan lebih dari sekedar mendiskusikan tentang kepustakawanan dengan teman sejawat, ……hmm saya sudah mengakhiri tulisan ini dengan tugas baru yang saya harus saya lakukan yaitu …..berhitung dan bertindak.

#indonesiablogger

Senin, 06 Maret 2023

KEPUSTAKAWANAN ADA DI BANYAK SISI KEILMUAN

Sirajuddin (Pustakawan)







Tulisan ini untuk memantik kreatifitas pengelolaan informasi, melibatkan diri ke kegiatan kepenulisan. 

Di sisi lantai 3 perpustakaan, di ruang yang cukup asyik untuk ngobrol yang saya desain Bersama teman pengelola perpustakaan di suatu waktu, satu nama ruangan kami pilih untuk menamakannya yaitu “Lib-Working space”. https://lib.iainpare.ac.id/2021/06/kabiro-auak-menghadirkan-scholarly.html 


Tim website kampus dengan portal www.iainpare.ac.id berkonkow banyak hal untuk pengembangan website yang dikelola oleh teman dari disiplin beragam dan ketemu dalam satu kesibukan untuk mengelola dan mempublish pemberitaan.


Di awal sesi pertemuan yang setengah formal ketua Tim yang saya sapa Bang Suher begitu cermat Menyusun sambutan sambutan untuk Kepala biro AUAK yang oleh Rektor didaulat sebagai penanggung jawab web site,  mempersilahkan Kabiro membuka acara, menjadi penanda dimlainya FGD pengelola web.


Sembari mendengar penjelasan Kabiro beberapa dari kami mengangguk faham dan setuju atau menangkap hal yag baru dari kabiro tentang pengelolaan yang berorientasi bagi akreditasi Lembaga sesekali saya mencatatnya dengan aplikasi WPS yang cukup akrab saya gunakan mendokumentasikan tulisan tlisan saya.


Di penjelasan Kabiro saya tangkap bahwa pekerjaan pemberitaan ini akan menjadi bukti fisik atau evidens untuk laporan kinerja Lembaga, dan bukan hal yang sederhana Ketika sekumpulan teman dosen dan non dosen ini diamanahi untuk mengelola pemberitaan Kampus.


Kalau pertanyaan tentang tugas penyebaran berita ini saya sebagai pustakawan lebih suka menyatakannya “ini tugas keNabian” mnyampaikan “Risalah”, dalam kamus istilah fikih disebutkan bahwa risalah mengandung beberapa makna, seperti: surat, keterangan, atau perintah, dalam KBBI dapat pula berarti surat yang dikirim atau karya tulis. https://kbbi.web.id.


Di rung FGD tim web kampus ini benak kami diisi dengan serangkaian informasi tentang tekhnik memberitakan berbagai hal terkait Lembaga mulai dari kegiatan, capain prestasi sampai hal yang sangat sederhana, dan yang saya ingat pesan Rektor, “Menjadi wajib bagi pengelola web untuk memberitakan kegiatan yang berkosekuesnsi anggaran”.


Mendengar presentasi teman melalui slide PPT di dinding ….teman yg selalu keren terlihat dengan perangkat recorder dan manuver jurnalisnya, dalam benak saya memang layak didengar teman yang satu ini……masalah sesederhana What, Why Where mampu dijelaskannya secara gambling, hal sesederhana ini bisa terproyeksi dalam satu materi jurnaslis yang dipresentasikannya.


“Penilaian humas data dan informasi kementerian agama menjadi satu gambaran pencapaian yang membuat rating pemberitaan kita bisa terbaca”, prihal ini kami dengar dari teman redaktur yang dalam waktu dekat ini berjanji untuk mengundang kami pada perhelatan promo doktornya, dalam benak saya ini website berkelas dan bukan ayam sayur karena akan dihuni para dotor.


Spirit menyebar informasi berita ini meradikal di roh kepustkawanan saya …..telaah Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan “bahwa Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan” 


Teman duduk saya kadang berseloroh ngapain menulis berita? …….setengah menghelah saya mempresentasikan ke teman ini tentang kerja- kerja dari seorang pustakawan “menyebar luaskan informasi terseleksi” sebagai ganti kata “menulis berita” menjelaskan tugas saya yang sesederhana yang bisa teman ini fahami tentang menyebar informasi.


Referensi https://jagokata.com Informasi adalah: pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan, Informasi bisa dikatakan sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi.


Sesaat saya meraih kudapan yang disiapkan pelaksana FGD di meja di ruang yang tidak terlalu sempit bagi tim sejumlah kami, kesan santai ini sering kita inginkan sehingga FGD seperti ini kami wacanakan sesantai mungkin……tapi sepertinya tempat ini agak bergeser dari apa yang dibisikkan oleh redaktur handal itu…..hmm mungkin si doi lagi terpesona dengan Lib-Working Space perpustakaan.


#pustakawanbloggerindonesia

Senin, 13 Februari 2023

Perlukah Kita Melanjutkan Studi ke Jenjang S2?

Oleh: 

Akmal Faradise

Lulusan MIP UGM

Dear adick-adick Ilmu Perpustakaan yang cute … 

Tulisan ini aku buat khusus untuk kalian sebagai bahan pertimbangan pilihan karir ke depannya. Meski secara tertulis konteks tulisan ini adalah dalam jurusan Ilmu Perpustakaan, namun prinsip pemilihannya dapat digunakan oleh mahasiswa hampir semua jurusan.

Disclaimer. Tulisan ini berdasarkan pengalamanku pribadi, berbagai referensi yang pernah kubaca dan sharing dengan beberapa kolega. Tulisan ini tidak memberikan jawaban pasti tapi mencoba menemani teman-teman menemukan jawaban kalian sendiri.

Oke, ada setidaknya 3 hal yang kalian perlu pertimbangankan untuk melanjutkan S2.

Pertama, tujuan.

Kedua, pilihan karir.

Ketiga, ekonomi dan variabel X.

Sedikit cerita, tujuanku melanjutkan S2 karena memang “suka suasana belajar”. Jadi, aku suka aja gitu saat dengerin lecturing, diskusi, presentasi, dan mengerjakan tugas. Artinya memang kegiatan mahasiswa itu menyenangkan aku lakukan berulang. Well, mungkin tidak semua orang sepertiku.

Ketika S1, pilihan karir yang tergambar di benakku adalah dosen. Memutuskan untuk S2 sebenarnya sudah tepat. Namun seiring waktu, persepsi terhadap karir dosen mulai berubah. Banyak hal yang cukup menggangu pikiranku seperti realita dan ekosistem pelaksanaan Tri Dharma di lapangan, serta besarnya beban moril saat menjadi dosen (bagian ini merupakan personal world view). Sampai hari ini, dosen bukan prioritas profesi yang ingin kucapai, tapi hanya opsional saja. Mubah gitu hukumnya.

Salah satu konsekuensi yang kuhadapi waktu itu adalah beratnya beban ekonomi saat S2. Studi pasca sarjanaku kutembuh di UGM, dengan UKT sebesar 9 juta per semester. Dua kali lebih tinggi dari besaran UKT di uin suka. Aku masuk semester ganjil, dan ini merupakan bagian ‘kesialan’ selama proses studi. Saat itu aku belum bisa apply LPDP, BU tidak buka selama lebih dari satu tahun, dan beasiswa kampus hanya dibuka untuk maba semester ganjil. Bagus sekali. Aku harus membayar biaya kuliah secara mandiri. Berat rasanya, mengingat aku cuma orang golongan ekonomi menengah ke samping.

Dengan gambaran ceritaku, kuharap kalian bisa mempertimbangkan tiga faktor tadi.

1.      Tujuan

Apa sebenarnya tujuan kalian untuk melanjutkan S2? Untuk kepentingan karir? Untuk kepuasan pribadi? Untuk menunda bertemu realitas? Untuk menghindari menikah? Bahaha. Silakan temukan itu dalam diri kalian sendiri, sebuah alasan yang memang datang dari hati dan memang ingin kalian lakukan. Sebab tujuan itu akan disertai dengan beberapa konsekuensi setelahnya. 

2.      Pilihan Karir

Kalau kalian mau jadi dosen, go on studi S2. Tidak perlu buang waktu lagi. Soalnya kalau kamu mau jadi dosen, kamu ‘hanya’ perlu ijazah minimal S2 dan kompetensi secara umum sebagai dosen. Kompetensi tersebut sudah kamu pelajari di perkuliahan. Kerja dosen dan mahasiswa di kelas, mirip bukan? Kalian tidak harus selalu punya pengalaman kerja atau portfolio, meski memang ini somehow bisa menjadi poin unggulan dalam CV dan saat interview kerja. Yah walau kalian tetap saja punya tantangan tersendiri saat tes seleksi masuk kerja sih.

Tapi kalau prioritas karir kalian bukan dosen, mending kerja aja dulu.

Ini realita yang kulihat saat ada di kelas selama S2. Teman-temanku beberapa adalah bapack2 yang sudah punya anak, atau mba-mba yang sudah berstatus pustakawan dengan tugas belajar. Kekuranganku di kelas adalah aku tidak bisa merelasikan teori yang kupelajari dengan kondisi perpustakaan di lapangan. Itu wajar mengingat aku belum pernah bekerja formal sebagai pustakawan, lulus S1 langsung menempuh S2.

Berbeda dengan teman-temanku yang memang sudah/sedang mengalami bekerja. Mereka mampu merelasikan pengalaman lapangan mereka dengan teori yang disampaikan dosen di kelas. Sisi baik dari polaku adalah aku tidak kesulitan untuk menyerap teori yang ada. Selain memang tidak ada jeda dalam belajar (S1 ke S2 langsung), juga karena waktu jeda sebelum kuliah kusiapkan untuk mempelajari materi yang akan kupelajari di kelas. Justru, ada beberapa teman kelasku yang sudah bekerja seringkali kesulitan memahami teori di kelas. Ini juga wajar mengingat mereka punya jeda belajar. Tidak semua orang yang bekerja akan membaca ulang materi kuliah mereka, bukan?

“Kak kalau misalkan aku pernah magang jadi pustakawan gimana?”

Jawaban retorisnya adalah mungkin kamu tidak akan mengalami kesulitan yang sama denganku. Mungkin yaa. Sebab kita tahu durasi, tugas dan tanggung jawab yang kita terima selama magang tidak sama dengan posisi full time. Pengalaman magang menurutku akan membantu, tapi aku tidak tahu akan sesignifikan apa. Lagipula di generasi sekarang, dengan kebijakan Kampus Merdeka lalala, peluang magang itu sangat luas dan bervariasi.

Tapi aku secara personal tetap menyarankan kalian untuk S2 dulu.

Why? Ya realita pekerjaan kita. Pertama, lowongan Pustakawan di Indonesia itu lebih banyak terbuka untuk lulusan S1. Kualifikasi yang dibutuhkan perpustakaan tersebut ya kompetensi level S1 paling tinggi. Nah ketika perpustakaan membutuhkan pegawai dengan kualifikasi S2 atau kalian butuh upgrade diri, itu bisa dibilang waktu yang tepat untuk lanjut studi. Kalian tidak cuma memiliki bekal lapangan, tapi akan lebih mudah secara ekonomi. Perpustakaan kalian bisa mengutus kalian dalam tugas belajar, tentunya mereka bisa saja memberikan beasiswa dalam bentuk tugas belajar. Atau kalian bisa apply mandiri beasiswa di luar institusi kalian. Peluang kalian akan lebih tinggi karena tujuan S2 kalian (bisa saja) didukung kebutuhan institusi, alasan S2 kalian lebih spesifik, dan kalian sudah punya refere yang relatif kuat (atasan, misalnya). Kinerja kalian yang bagus selama bekerja bisa membantu untuk memenangkan beasiswa. Misal beasiswa yang menilai dari kontribusi kamu terhadap perusahaan/instusi seperti beasiswa dari Swedish Institute.

S2 diperlukan untuk naik level manajerial. S2 juga memiliki daya saing bagus dalam bidang tertentu karena lulusan master memiliki kualifikasi professional yang spesifik. (Kalau dalam lingkup industry, rasanya jarang yang S3 ya. Paling mentok biasanya S2. Studi doctoral sepertinya lebih make sense untuk mereka yang bekerja di ranah akademik).

Ini kalau di Indonesia ya. Di LN biasanya kualifikasi minimal untuk job title ‘Librarian’ itu lulusan master.

3.      Ekonomi dan variabel X

Ini salah satu faktor yang pasti dihadapi oleh mereka yang belajar. Menuntut ilmu itu biayanya mahal karena nilai ilmu itu sendiri mahal. Bagi kalian yang tidak punya hambatan dengan ekonomi, silakan lanjut S2. Tapi tentu pertimbangkan tujuan dan pilihan karir. Bagi kalian yang terkendala dengan ekonomi, aku menyarankan untuk kerja dulu –ngumpulin duit dan pengalaman seperti yang kuceritakan di bagian sebelumnya.

“Varibel X itu apa kak?”

Apapun yang memengaruhi keputusanmu untuk lanjut S2. Mengingat tiap orang bisa berbeda kondisi, tentu aku tidak tulis jelas, beda dengan faktor ekonomi yang hampir pasti semua orang alami.

Misal ya, kamu punya riwayat kesehatan yang kurang mendukung untuk S2. Atau kamu harus segera pulang kampung karena dibutuhkan institusi di sana. Atau kamu harus menemani orang tua jadi tidak bisa merantau lebih lama. Masih banyak hal-hal senada yang seringkali harus dipertimbangkan apakah kita akan S2 atau tidak. Silakan ditemukan sendiri mengingat kondisi tiap orang pasti berbeda. Kalau kalian tidak punya variabel itu atau bisa mengatasinya, silakan lanjut S2.

Tips Menyiapkan Diri Sebelum S2

Nah bagi kalian yang sudah memahami kondisi personal dan punya tujuan S2  yang jelas, selanjutnya aku bagikan tips yang semoga berguna untuk menyiapkan diri sebelum S2.

Sejauh ini, aku baru bisa kasih dua saran.

1.      Pelajari Bahasa Inggris

No excuse. Ini syarat mutlak hahaha. Baik kamu kamu kuliah S2 DN atau LN, harus bisa Bahasa Inggris. Apalagi mau ambil beasiswa, IELTS atau TOEFL itu harus soalnya syarat administratif. Kecuali memang ada Negara tertentu yang tidak menyaratkan harus ada sertifikasi Bahasa Inggris tapi gantinya kamu harus bisa bahasa utama Negara tersebut. Misalnya harus bisa bahasa Turki untuk apply beasiswa Turkiye Burslari atau harus ambil kelas bahasa misal nilai TOPIK (Toefl Korea Selatan) belum mencukupi kalau mau apply Global Korea Scholarship.

Biasakan dirimu berbahasa Inggris. Buat semua indramu terbiasa dengan Bahasa Inggris. Azek. Lakukan dari hal terkecil sekalipun. Contoh.

  • -          Ubah bahasa pengaturan di hp dan laptop dengan bahasa Inggris
  • -          Dengerin lagu bahasa Inggris
  • -          Baca berita bahasa Inggris
  • -          Nonton konten video review atau film berbahasa Inggris
  • -          Menirukan dialog di film berbahasa Inggris
  • -          Berlatihan ngomong sendirian dalam bahasa Inggris
  • -          Menemukan teman yang bisa diajak berbahasa Inggris, baik langsung atau online
  • -          Menulis tweet atau caption berbahasa Inggris
  • -          Main Duolingo atau game edukasi yang membantu belajar bahasa Inggris
  • -          Ikut kelas bahasa (daring maupun luring)
  • -          Ngomong jaksel
  • -          Dan lalala

Pokoknya buat 24 jam kamu ada Inggris-Inggrisnya selama proses menyiapkan S2. Bisa berbahasa Inggris dengan baik akan membantumu dalam KBM selama S2. Karena materi yang diberikan seringkali dengan bahasa Inggris, referensi yang kamu baca berbahasa Inggris, bahkan tugas dan diskusi yang kamu lakukan menggunakan bahasa Inggris.

Catatan Penting. Bisa berbahasa Inggris secara teoretis dan praktik belum menjamin nilai ielts dan toefl kamu bagus. Jadi pelajari dengan baik bahasa Inggris dasar (grammar) dan bahasa Inggris untuk sertfikasi bahasa. Kamu juga bisa belajar academic writing yang memang spesifik dipakai dalam perkuliahan.

2.      Biasakan Membaca dan Menulis Artikel Jurnal

Sempat aku singgung sebelumnya mengenai tugas dan KBM S2. Rata-rata tugas anak pasca itu menulis jurnal. Baik untuk tugas mingguan, tengah dan akhir semester. Baik untuk disetor ke dosen saja atau tuntutan publikasi. Everyday article journal related gitu sih. Jadi alangkah baiknya kalau kamu sudah terbiasa selama bekerja, misalnya.

Saat menjadi pustakawan, kamu bisa membiasakan membaca jurnal. Pilih topik yang memang kamu suka dan ingin perdalam. Pilih yang bahasa Inggris ya, biar sekalian latihan membaca, he. Nah sekalian kamu juga menulis artikel jurnal. Tulisan seorang praktisi itu punya nilai yang besar dalam komunitas akademik. Dengan menulis, kamu juga sudah membiasakan dan mensimulasikan diri untuk menjadi anak pasca. Poin plus lainnya adalah tulisanmu bisa membantumu untuk mencapai credit score tertentu, dan jadi portfolio publikasi. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.

Well aku cuma bisa bilang ‘good luck gais!’. Pilihan dan eksekusinya bergantung pada kalian.

Eh iya, aku terbuka kok kalau mau diskusi tentang kuliah S2, dan menulis. Mau kolaborasi menulis pun ayok!

Memilih Tujuan S2

Proses memilih kampus tujuan S2 bisa dibilang merupakan versi kompleks dari memilih jurusan saat S1. Sebab kita harus mempertimbangkan kesesuaian dengan research interest kita. Kalau aku pribadi biasanya memilih tujuan dengan pertimbangan kurikulum, institusi dan lokasi.

Dulu aku mempertimbangkan tiga kampus untuk studi pasca: UI, UGM dan UIN SUKA. Pilihanku waktu itu jatuh pada UGM karena kurikulum yang mereka ajarkan menarik minatku dan secara relatif berbeda dengan apa yang kupelajari selama S1.  Aku tidak begitu berminat tinggal di Depok jadi tidak begitu tertarik masuk UI. Aku ingin merasakan belajar dengan dosen yang berbeda, makanya aku tidak memilih UIN SUKA karena sebagian dosennya adalah dosen S1ku xixixi.

Ada beberapa pertimbangan yang mungkin bisa kamu pikirkan. Coba kamu tanyakan ini pada dirimu sendiri untuk memilih S2 yang tepat buatmu.

-          Lokasi. Apakah kamu punya keinginan atau restriction tertentu? Semisal tidak ingin di Yogyakarta lagi karena sudah melewati masa S1 di sana. Atau ingin meresakan kuliah di Negara empat musim seperti Eropa.

-          Kekhasan prodi. Apakah jurusan yang ingin kamu tuju itu sesuai dengan reseach interestmu? Kamu perlu tahu spesifikasi kamu dan jurusanmu sih. Misal kalau NTU itu LISnya lebih ke teknologi, UIN SUKA mengarah pada Islamic studies. Atau kampus-kampus di Australia lebih dominan ke pendidikan dan manajemen. Atau kampus-kampus di amerika yang lebih banyak condong pada Information Sciences.

-          Institusi. Apakah kamu punya preferensi kampus tertentu? Misal lebih pengen kuliah di kampusa agama atau kampus LN yang tidak punya catatan restriksi terhadap muslim. Ini berelasi dengan poin pertama. Juga apakah kampus dan jurusan yang kamu tuju masuk dalam daftar beasiswa yang kamu ambil.

Pro Tips. Usahkan kamu punya mentor yak dalam pemilihan kampus dan jurusan S2-mu. Mereka akan membuka hal-hal yang tidak kamu lihat sebelumnya saat kamu berpikir sendiri J

Realita Cari Kerja S2

Ini cerita personalku, jadi tiap orang bisa berbeda.

Lowongan untuk dosen tidak buka setiap waktu. Jadi timelinenya belum tentu sesuai dengan kondisi kita. Tidak jarang kita harus menunggu. Belum dengan segala syarat administrasi yang harus dipenuhi. Meski mendaftar kerja gratis, syarat yang harus kita penuhi kan butuh biaya. Ambilah untuk cek kesehatan ini dan itu. Nah, ketika kita bisa apply, ada serangkaian tes yang harus dijalani dan belum tentu lolos.

Lowongan untuk pustakawan jauh lebih banyak dan lebih sering dibanding dosen. Tapi tidak semua perpustakaan menerima kualifikasi S2. Sedikit sekali malah. Sebab memang rata-rata kualifikasi yang dibutuhkan paling tinggi S1. Ya gimana ya, kualifikasi dengan kan sejalan dengan gaji. Kamu S2 dan apply posisi S1 itu overqualified dan sangat mungkin institusi tidak bisa afford your expected salary. Ditolak karena overqualified itu lebih nyesek dari pada ditolak karena underqualified.

Menikmati Hidup dengan Menjadi S1

Dulu ketika saya masih sekolah, lulusan S1 itu banyak banget. Jadi terpikirkan untuk kuliah S2, biar punya nilai tambah (apa nilai tambahnya juga ngga tahu). Tapi ketika saya hendak masuk S2, ya lulusan S2 sudah banyak juga. Sekarang sudah lulus S2, teman-teman saya banyak yang berkarir dari dosen dan lulusan S3 juga sudah banyak. Haha

Banyak dalam pandangan persepsional ya, karena informasi yang saya lihat di sekeliling saja. Saya tidak merujuk statistik tertentu.

Nah realita seperti ini wajar bila membawa kita pada bias tertentu. Seolah kalau lulusan S1 sudah memblubak maka saya harus S2 agar punya sisi pembeda. Seolah kalau teman-teman saya banyak yang S2, maka saya harus s2 juga. Well, rasanya hal seperti ini cuma kesalahan berpikir. Kita melakukan sesuatu bukan karena ingin tapi karena orang-orang melakukannya.

Bagi saya, bukan tentang setinggi apa level pendidikanmu dan apa profesimu tapi kamu tahu tujuan kamu dan bertindak sesuai kebutuhanmu. Kalau memang kamu belum harus S2, ya ndak masalah kamu menikmati hidup sebagai S1. Jika menjadi pustakawan menyenangkan bagimu, kamu tidak harus tertekan karena temanmu memilih profesi yang berbeda dan seolah lebih bonafide. Perasaan seperti itu seringkali muncul karena kita tidak memahami diri kita sendiri.

Lulus S1 lalu kerja selama tiga tahun. Menikah di usia 25 tahun. Itu hidup template yang dialami banyak orang. Hidup seperti bagaimana yang tetangga kita harap dan bicarakan. Lalu kemudian punya anak. Which is kalau menghitung jarak biologis orang tua ke anak, itu pas aja sih. Abis itu menikmati hidup dengan pasangan dan keturunan. Tidak memikirkan harus S2. Mungkin ada yang mengatakan hidup seperti ini membosankan dan tidak menantang. Tapi saya rasa hidup seperti itu tidak salah juga. Intinya adalah jalani hidup yang memang ingin kamu jalani. Tidak seorang pun berhak menghakimi pilihan hidupmu.

Atau kamu memilih untuk jadi pekerja bidang digital, bukan pustakawan. Kamu melakukan banyak eksplorasi. Belajar skill baru setiap hari. Pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Belum mau menikah tapi menikmati kesendirian dan travelling ke banyak tempat. Mungkin ada yang bilang hidup seperti itu terlalu bebas dan egois. Tapi itu hidupmu sendiri. Asal tidak memberikan masalah pada orang lain, yaaa why not?

Jadi, untuk menutup tulisan yang dimulai dengan pertanyaan “Perlukah melanjutkan studi s2”, saya mengajukan pertanyaan pula “Apakah S2 berpengaruh penting pada hidupmu?”

Selamat menemukan jawaban kalian!

Rabu, 01 Februari 2023

10 Scene Literasi dalam Film Balada Si Roy

 
Sekarang ini banyak film yang diadaptasi dari buku. Banyak film dengan jumlah penonton dengan angka fantasis karena diadaptasi dari novel yang memang best seller. Sebut saja Ayat-ayat Cinta, Laskar Pelangi, 5 cm, Koala Komal, Negeri Van Oranje, dan masih banyak lagi. 

Selasa, 24 Januari 2023

Scene di Perpustakaan dalam Drama Summer Strike


Drama Summer Strike ini menceritakan seorang perempuan dari kota Seoul yang memutuskan resign bernama Lee Yeo Reum yang diperankan oleh Seol Hyun dan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai pustakawan di desa Angok bernama An Dae Bom yang diperankan oleh Im Si Wan. Review lengkapnya bisa baca DI SINI.

Sabtu, 31 Desember 2022

Statistik Blog Pustakawan Blogger 2022

Ok, sebelumnya disclaimer dulu, karena blog ini tidak terhubung dengan akun Goolge Analytics, jadi saya hanya mengambil statistik dari fitur statistik blog (blogger). 

Pertama, sepanjang 2022, total tulisan di Pustakawan Blogger ini hanya 10 tulisan. Ya, hanya 10 tulisan saja. Sangat disayangkan sebenarnya, tapi ya sudah. Lumayan ya, daripada 0.

Kedua, total pengunjung selama 2022 berkisar 22,1 rb. Berikut screenshotnya:

Pengunjung blog pb
Jumlah pengunjung blog Pustakawan Blogger 2022

Ketiga, di antara sepuluh tulisan populer sepanjang 2022, dua tulisan dari Mba Luckty rupanya banyak pembacanya. Yang lain, ayo semangat menulis. He..he..

10 tulisan populer
10 tulisan populer

Keempat, mesin pencari Google masih menjadi perujuk teratas. Bagaimana dengan sistem operasi dan browsernya? Ini dia:

Perujuk teratas
Perujuk teratas
Presentase
Persentase perujuk teratas

Sistem operasi
Sistem operasi

Browser
Browser

Kelima, bagaimana dengan kata kunci pencarian? Ini dia:

Kata kunci
Kata kunci penelusuran

Sebenarnya saya penasaran untuk lainnya. Seandainya terhubung dengan GA, bisa dilihat secara detail. Kalau diperhatikan, ada juga yang nyari "korea selingkuh di perpustakaan," sepertinya itu film ya. 

Keenam, asal negara pengunjung bagaimana? Ini dia screenshotnya:

Negara asal pengunjung
Negara asal pengunjung 

Kalau diperhatikan, ternyata pengunjung blog ini bukan hanya dari Indonesia. Amerika Serikat hingga 4.400. Jerman berkisar 1.850. Rusia berkisar 1.040. Wow. 

Salam,
PB