Membuka kembali file lama dan menemukan laporan pelaksanaan lomba pidato dalam rangka mendorong literasi lingkungan hidup bagi para pelajar tingkat SMA maka tidak ada salahnya untuk menuliskan kembali peristiwa mada lalu sebagai upaya menciptakan memori kolektif terhadap peristiwa tersebut dimasa mendatang. Mengawali tulisan ini bahwa Panggung Terbuka Arboretum Ir. Lukito Darmadi di Manggala Wanabhakti Jakarta menjadi saksi bagi para talenta muda yang berbicara penuh semangat tentang keberlanjutan lingkungan hidup dan kehutanan pada Kamis, 12 September 2024. Lomba Pidato Standarisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang diikuti oleh pelajar dari berbagai SMA se-Jabodetabek, mengangkat tema “Standar Lingkungan Hidup dan Kehutanan = Solusi Sederhana Dampak Luar Biasa.” Tema ini menggugah kesadaran bahwa tindakan-tindakan kecil dalam kehidupan sehari-hari dapat membawa dampak besar untuk masa depan planet bumi.
Sebagai bagian dari upaya untuk memperkenalkan Standarisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) kepada generasi muda, lomba ini juga memiliki tiga urgensi penting. Pertama, memperkenalkan tugas dan fungsi standar LHK sebagai alat pengendalian lingkungan yang dapat mengurangi risiko kerusakan lingkungan akibat kegiatan usaha yang tidak terkendali. Kedua, mendorong pemikiran kreatif dan ide-ide baru dari talenta muda untuk menciptakan solusi atas isu-isu lingkungan yang semakin kompleks. Ketiga, untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman generasi muda tentang tantangan lingkungan yang ada, baik di tingkat nasional maupun global, serta bagaimana solusi berkelanjutan dapat diwujudkan melalui tindakan sederhana namun efektif.
Membuka Wawasan melalui Literasi Lingkungan
Lomba ini juga menjadi sarana untuk membangun literasi lingkungan di kalangan pelajar, yang akan menjadi agen perubahan bagi lingkungan hidup di masa depan. Literasi lingkungan, yang mencakup pengetahuan tentang pentingnya menjaga alam serta kemampuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sangat penting dalam menghadapi tantangan lingkungan global. Pendidikan lingkungan tidak hanya terfokus pada pengetahuan teknis, tetapi juga pada pengembangan sikap dan kebiasaan yang dapat mendukung kelestarian bumi.
Di dalam konteks ini, lomba pidato menjadi wadah yang ideal untuk menyampaikan pesan-pesan kesadaran lingkungan dengan cara yang lebih mudah diterima oleh masyarakat luas, terutama generasi muda. Melalui pidato-pidato yang penuh semangat, peserta lomba mampu menggugah audiens untuk bertindak, bukan hanya berbicara tentang masalah yang ada, tetapi juga mencari solusi-solusi sederhana yang dapat membawa dampak luar biasa.
Standarisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sebagai Solusi
Salah satu aspek penting yang diperkenalkan dalam lomba ini adalah tentang Standarisasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), yang berfungsi sebagai sebuah alat pengendalian dan penegakan hukum bagi kelestarian lingkungan. Standarisasi LHK mencakup berbagai kebijakan, aturan, dan prosedur yang memastikan bahwa setiap kegiatan usaha atau pembangunan yang dilakukan tetap memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Standarisasi ini memiliki peran penting dalam mengatur pengelolaan sumber daya alam, termasuk hutan, air, udara, dan sampah, sehingga dapat mencegah kerusakan yang lebih besar di masa depan.
Namun, seperti yang ditekankan dalam lomba pidato, penerapan standar LHK bukan hanya tentang kebijakan formal atau prosedur administratif, melainkan juga melibatkan peran serta masyarakat, khususnya generasi muda. Penerapan standar ini membutuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang cara-cara sederhana yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mendukung upaya pelestarian alam, seperti pengurangan penggunaan plastik, pemilahan sampah, dan penggunaan energi yang lebih efisien.
Menumbuhkan Kreativitas dan Ide-ide Inovatif
Tema lomba yang mengusung “Solusi Sederhana Dampak Luar Biasa” membuka ruang bagi peserta untuk mengembangkan kreativitas mereka dalam merancang solusi-solusi berbasis sederhana yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa peserta mengangkat isu-isu lingkungan yang sangat relevan dengan situasi saat ini, seperti krisis iklim, pengelolaan sampah plastik, dan deforestasi. Dalam pidato-pidato mereka, para peserta menunjukkan bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari tindakan-tindakan kecil yang dilakukan secara kolektif.
Contoh dari pidato yang menginspirasi adalah pidato yang disampaikan oleh Rifqi Nizar Ramadhan, juara pertama lomba ini. Rifqi mengangkat tema tentang pengelolaan sampah yang buruk, yang semakin memperburuk krisis iklim. Ia mengusulkan untuk memulai dengan tindakan sederhana, seperti membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi penggunaan energi listrik. Namun, yang lebih menarik lagi, ia juga menyarankan agar generasi muda memanfaatkan platform digital untuk menyuarakan isu-isu lingkungan dan bergabung dalam gerakan-gerakan pelestarian alam, seperti Pandawara, untuk menciptakan perubahan yang lebih besar. Pandawara adalah contoh konkret bagaimana kolaborasi antar individu bisa menghasilkan dampak positif yang luas.
Allysa Nataneila, juara kedua, mengangkat permasalahan sampah plastik yang semakin menumpuk di bumi. Menurutnya, pengurangan penggunaan plastik dapat dimulai dengan kebiasaan kecil, seperti membawa tas belanja sendiri, menggunakan sedotan yang dapat digunakan kembali, dan memilih produk dengan kemasan ramah lingkungan. Allysa juga menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mendukung program-program seperti reboisasi dan penggunaan kendaraan listrik untuk mengurangi jejak karbon.
Dalam pidato yang penuh optimisme, Sachi Charissa Irmawan, juara ketiga, dalam pidatonya mengajak semua pihak untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dengan beralih ke barang-barang yang dapat dipakai ulang seperti tas belanja dan sedotan plastik yang bisa digunakan kembali. Menurutnya, perubahan kebiasaan ini mungkin terdengar kecil, tetapi jika dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat, dampaknya akan sangat besar bagi mengurangi pencemaran lingkungan.
Dampak Luar Biasa dari Tindakan Sederhana
Lomba ini mengingatkan kita bahwa meskipun masalah lingkungan yang dihadapi terasa besar dan kompleks, solusi untuk menghadapinya tidak harus selalu rumit atau mahal. Tindakan sederhana yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi penggunaan plastik, menghemat energi, dan menanam pohon, jika dilakukan secara bersama-sama, dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi kelestarian bumi.
Peserta-peserta lomba pidato ini telah menunjukkan bahwa generasi muda memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam menghadapi krisis lingkungan yang semakin mendesak. Melalui pidato-pidato mereka, mereka tidak hanya menyuarakan kekhawatiran tentang kerusakan lingkungan, tetapi juga memberikan harapan dengan mengajukan solusi yang dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.
Kesadaran dan Aksi Bersama untuk Lingkungan
Salah satu hal yang sangat ditekankan dalam lomba ini adalah pentingnya kesadaran kolektif dalam menghadapi tantangan lingkungan. Para peserta pidato ini mengajak kita untuk menyadari bahwa keberlanjutan bumi bukanlah tanggung jawab individu semata, melainkan tanggung jawab bersama. Setiap tindakan, sekecil apapun, akan memberikan dampak terhadap masa depan bumi, dan oleh karena itu, kita harus bersama-sama berkomitmen untuk melakukan perubahan.
Selain itu, lomba ini juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta, untuk mencapai tujuan bersama dalam menjaga kelestarian alam. Melalui kesadaran yang dimulai dari tingkat individu, kita bisa membangun sebuah gerakan besar yang berfokus pada tindakan nyata dan keberlanjutan.
Pemenang yang Menginspirasi
Para juri yang menilai lomba pidato ini terdiri dari Drs. Bugi Kabul Sumirat, M.Phil, seorang praktisi public speaking dan storyteller, Edy Suryanto, S.Sos., M.Ilkom, dosen Ilmu Komunikasi, serta Raisa Wulan Kamila, S.Sos., C.P.S., seorang praktisi public speaking, yang memberikan penilaian berdasarkan artikulasi, intonasi, ekspresi, kesesuaian tema pidato, dan gaya pidato.
Rifqi Nizar Ramadhan dari SMA Rimba Madya Bogor berhasil meraih juara pertama dengan nilai tertinggi 85,86, diikuti oleh Allysa Nataneila dari SMAN 5 Bekasi dengan nilai 85,56 dan Sachi Charissa Irmawan dari SMAK Penabur Gading Serpong dengan nilai 85,26. Pemenang-pemenang ini tidak hanya menunjukkan kemampuan berbicara yang luar biasa, tetapi juga membuktikan bahwa mereka memiliki ide-ide kreatif yang dapat memberikan dampak nyata bagi lingkungan.
Menutup tulisan ini, lomba pidato standarisasi lingkungan hidup dan kehutanan ini merupakan sebuah langkah penting dalam membangun literasi lingkungan di kalangan generasi muda. Melalui lomba ini, para peserta telah berhasil menunjukkan bahwa tindakan sederhana, jika dilakukan bersama-sama, dapat memberikan dampak luar biasa bagi keberlanjutan bumi. Kini, saatnya bagi kita semua untuk mengambil langkah-langkah kecil namun signifikan untuk merawat bumi yang kita cintai.