Maniso Mustar
Perpustakaan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada
Universitas Gadjah Mada
Masih alergi dengar kata kampanye? Eits,
jangan dulu. Yang ini berbeda lho. Bukan kampanye yang berbau politik, apalagi
sara. Ini adalah kampanye yang akan dapat menyehatkan jiwa setiap manusia
Indonesia dengan asupan gizi kecerdasan dan intelektualitas dengan menyerukan
ajakan baca tulis dan melek informasi. Kampanye ini tidak perlu mengajak massa untuk
mengendarai kendaraan bermotor yang bersuara lantang dan penuh gebar-geber
mengelilingi kota. Tak perlu atribut dan spanduk yang banyak untuk
mendukungnya. Ini adalah kampanye literasi.
Kampanye ini lebih praktis dan mudah untuk dilakukan, mengumpulkan massa pun boleh. Kegiatan bisa dilakukan dalam
aktivitas sehari-hari seperti menulis status di media sosial, pasang poster di
instagram, menulis opini di surat kabar, share group medsos, menulis blog dsb.
Ajakan ini bisa diterapkan dalam setiap kegiatan sosial apapun karena tidak
mengandung unsur politik, unsur agama, apalagi isu sara. Namun mengajak kepada
masyarakat untuk lebih selektif terhadap informasi yang sedang hangat di musim
pilpres. Dengan demikian masyarakat akan tahu, apa manfaat dan kegunaan kampanye
literasi di musim pemilihan presiden.
Kampanye
Pilpres
Berbicara kampanye belakangan ini memang
sangat menarik. Musim kampanye politik diajang PEMILU 2019-2024 dimulai. Jadi
lebih menarik dan bikin penasaran kan? Apa sih kampanye itu? Kampanye adalah
aktivitas komunikasi yang ditujukan
ntuk memengaruhi orang
lain agar seseorang
memiliki wawasan, sikap
dan perilaku sesuai dengan kehendak atau keinginan penyebar atau pemberi
informasi (Cangara, 2011:223). Dalam kampanye pilpres pasti akan mengajak dan
mempengaruhi massa dengan memberikan wawasan sesuai kehendak pelaku kampanye
untuk memilih calon yang digadangnya.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah
mengumumkan siapa-siapa yang akan menjadi Capresdan Cawapres yang berhak
dipilih dalam pesta rakyat tahun 2019. Adalah pasangan Jokowi-Amin di urutan
nomor 1 dan pasangan Prabowo-Sandi di urutan nomor 2. Mereka adalah dua
pasangan cepres-cawapres yang akan bertanding di 14 april 2019 mendatang untuk
memperebutkan jabatan sebagai RI 1 dan RI 2 dalam 5 tahun ke depan. Bagaimana
masa depan bangsa Indonesia nanti, ada di tangan mereka dengan program kerja
yang telah dirancang dan dikampanyekan kepada masyarakat.
Program kerja sudah digodog oleh timses
masing-masing kandidat untuk dikampanyekan kepada seluruh rakyat Indonesia
dengan menunjukkan kelebihan para kandindat. Timses Jokowi-Amin mengusung
program sistem ekonomi nasional berbasis Pancasila. Dengan misi membangun
infrastruktur dan reformasi struktural dalam 4 tahun terakhir diklaim menjadi
fondasi bagi perekonomian nasional. Mereka menyampaikan strategi dengan
melakukan sosialisasi capaian prestasi dan keberhasilan ekonomi kandindat incumbent, seperti infrastruktur.
Sedangkan timses Prabowo-Sandi mengkapanyekan program yang lebih fokus dalam
masalah ekonomi, demi terwujudnya Bangsa dan Negara Republik Indonesia yang
adil, makmur, bermartabat, religius, berdaulat, berdiri di atas kaki sendiri di
bidang ekonomi, dan berkepribadian nasional serta kuat di bidang budaya.
Setelah waktu kampanye ditetapkan, kedua
kandindat pun memulai mengajak dan mempengaruhi masyarakat dengan menyerukan
program kerja masing-masing. Mulai dari pintu ke pintu, kelompok masyarakat dan
seluruh elemen menjadi sasaran program yang telah mereka canangkan. Dalam hal
kampanye literasipun sama. Di mana pustakawan akan mengajak dan mempengaruhi masyarakat dengan memberikan
wawasan, gambaran sikap dan perilaku. Menyerukan manfaat dan kegunaan membaca,
menulis serta cara memanfaatkan informasi untuk menciptakan dampak tertentu sesuai
tupoksi para pustakawan. Memberitahukan kepada masyarakat akan pentingnya
informasi yang sehat dan benar dengan tujuan terciptanya masyarakat melek
informasi,berwawasan dan berpengetahuan luas.
Kampanye
Literasi Musim Pilpres
Kampanye literasi di musim pilpres
adalah penting, mengingat
banyaknya kasus penyimpangan, perpecahan, isu sara, kampanye hitam (black campaign), teror, intimdasi, propaganda
dll dalam kampanye pilpres. Kasus-kasus tersebut biasanya terjadi melalui
berita dan penyebaran informasi seperti orasi kampanye, ajakan melalui pamflet,
poster, berita bohong / hoaks dan pesan berantai di medsos. Banyak kejadian
yang kadang dihubung-hubungkan dengan kegiatan kampanye politik, baik yang
positif maupun yang negatif. Terjadi aksi penggorengan dan timbul istilah
dipelintir atas beberapa kasus yang berkembang di masyarakat.
Di sinilah peran pustakawan dibutuhkan
untuk ikut menyerukan informasi sehat untuk membentengi masyarakat dari
ketidakpastian berita. Peran ini dapat dilakukan dalam rutinitas sehari-hari
dengan mempengaruhi massa untuk membanca, menulis, memberikan pengertian dan penegakan
berita haoks kepada masyarakat. Media kampanye pun bervariasi sesuai dengan
kondisi dan situasi masyarakat. Bisa personal, dalam kegiatan sosial,
pengajian, aplikasi medsos, menulis opini dan membuat acara untuk kampanye
literasi dalam diskusi dan seminar. Dengan adanya edukasi informasi melalui kampanye
literasi semoga tercipta kampanye pilpres yang sehat, mendidik dan membangun
untuk mendapatkan Presiden terpilih yang benar-benar bisa menjalankan amanah
dalam kepemimpinan di Indonesia. Inilah pesta demokrasi Indonesia yang bersih,
jujur dan adil. Salam Literasi.
0 komentar:
Posting Komentar