Sumber Gambar: lawunhas.wordpress.com
Tercengang, kedua mata membelalak
Perpusku berserak, tumpukan buku membludak
Tikus, kecoa, laba-laba, tentram beranak pinak
Kota metropolitan berhamburkan buku rusak
Gelap, kumuh, menjijikan, busuk semerbak
Kabarnya gerakan literasi sudah semarak
Pegiat baca bergerilya dari istana sampai barak
Berkirim buku tanpa biaya memangkas jarak
Berharap minat baca tumbuh terbiasa sejak masa anak
Tapi banyak ditemui perpustakaan rusak, tak layak
Dadaku berkecamuk, suara senggak-sengguk, ingin mengamuk
Ilmu pengetahuan dan informasi yang tiada berufuk
Terisolir dalam huruf, kata, dan buku yang hanya ditumpuk
Kemana perginya pustakawan? ataukah ia telah dikutuk?
Atau ia menyusuri jalan sepi para sufi, sembunyi dari hiruk pikuk
Kecanggihan teknologi dan digitalisasi tak bisa ditampik
Beragam media mengemas informasi demikian apik
Video, ebook, pun jutaan digital konten begitu menarik
Pikirku terusik. Dibanding kafe, kenapa perpustakaan kalah menarik?
Mungkinkah perpus belum digawangi pustakawan heroik?
Pustakawan kabarnya bisa apa saja, taik
Perpus bisa disulapnya jadi surga, tengik
Informasi dikelola-layankan sebab berharga, munafik
Membudayakan minat baca, mencerdaskan kehidupan bangsa, jangkrik
Regulasi tak diimplementasi diam aja, fasik
Budak di istana sendiri aja bangga, pelik
Pustakawan, begitu kau sebut peran kerjamu heroik?
eMKa 290119
0 komentar:
Posting Komentar