“Bicara tipe
mahasiswa, aku termasuk mahasiswa rantau kupu-kupu alias kuliah pulang kuliah
pulang. Tidak aktif berkegiatan di kampus sebab memiliki kesibukan lain”- Yudit
Clementina Wiadji, Mahasiswi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Atmaja Yogyakarta.
“Tipe
mahasiswa ?
Familiernya istilah yang kita tahu adalah kura-kura dan kupu-kupu.Tetapi, mungkin ada juga kata yang kurang familier di telinga kita seperti kuda-kuda.
Kalau
mendengar mahasiswa bertipe kuda, kita mungkin berpikir mahasiswa itu bisa
berlari cepat atau semacamnya. Padahal, sih, akronim dari kuliah-dagang
kuliah-dagang.
Ada juga
lho, sebutan kurang familier, kue-kue. Nah, bukan berarti makanan, tetapi
artinya kuliah-gawe kuliah-gawe.” – Muhammad Abibilal Syafiq Lesmana, Mahasiswa
D-4 Perhotelan Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Jakarta.
Itulah
penggalan cerita para mahasiswa di kolom Muda, Kompas (28 September 2018). Selain sebutan mahasiswa kura-kura, akronim
dari kuliah-rapat kuliah-rapat yang ditabalkan kepada mahasiswa aktivis kampus,
muncul sebutan sejenisnya, yakni paku-paku. Alias mahasiwa pasukan anti-kuliah,
karena mereka pergi ke kampus hanya untuk berdiskusi.
Sudah
akrabkah Anda dengan sehutan mahasiswa kulom-kulom ? Inilah mahasiswa jenis
kuliah-lomba menulis kuliah-lomba menulis, karena mereka menekuni dunia
tulis-menulis untuk mengikuti lomba menulis. Bahkan dengan rajin mengikuti
lomba, kebutuhan materi selama berkuliah bisa tercukupi. Menarik, bukan ?
Kalau
mahasiswa kunang-kunang, apa pasalnya ?
Itu sebutan untuk mahasiswa yang gemar pulang berkuliah untuk kemudian
nangkring, bersosialisasi bersama teman-teman. Ada juga mahasiwa kudet,
singkatan dari kuliah-ngedate.
Rasanya ada satu
sebutan atau “buzz word” lagi yang entah mengapa terasa tidak nampak dalam
radar dunia gaul mahasiswa kita tersebut. Yaitu tentang kaitan antara mahasiswa
dengan perpustakaan di kampusnya. Karena sepertinya belum ada mahasiswa kita
yang suka disebut sebagai mahasiswa yang menekuni aktivitas sehari-harinya
dalam ritme kegiatan satu ini : kuliah-perpustakaan kuliah-perpustakaan.
Apa karena
istilahnya terdengar kurang gaul dan
mencerminkan rendah diri, yakni kuper kuper ? Apa sebutan itu justru cocok untuk
disematkan kepada pustakawannya yang loyo, yang tidak punya kecerdasan dan daya
kreativitas sehingga mampu memasukkan “buzz word” perpustakaan ke dalam pola
pikir mahasiswa kita ?
Anda punya
pendapat ?
*Penulis pengelola blog paruh waktu kutubukuku,blogspot.com
Iya ya...tapi banyak juga MHS yg petantang petenteng bawa Buku...katanya gak keren kalo gak bawa buku tebal yg disandangnya...kalo itu mamanya apa ya...kutub alias kuliah tentang buku...wakkk
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTypo nih yg bener kutub kuliah tenteng buku
Hapus