Dunia kepustakawan itu
sebenarnya indah dan menarik. Siapa saja yang memasukinya selalu ada cerita.
Ada suka-duka, haru-biru, lucu bin kocak, heroik, dan sederet lainnya. Termasuk
dunia kepustakawan juga dekat dengan dunia ke-akademis-an. Dunia yang gak jauh
dari per-buku-an, membaca, menulis, belajar-mengajar, meneliti, mengkaji dan
sejenisnya. Nah diantara aktivitas dunia keakademisan adalah tulis menulis dalam sebuah karya ilmiah.
Sebagai mahasiswa program magister ilmu perpustakaan tahun 2014, Bulan
sang pustakawan yang dapat rejeki tugas
belajar dari institusinya--setelah figting
dan hunting begitu rupa—kegandrungan
menulis. Ibarat anak kecil yang dicekoki jamu pahit oleh emaknya, anak itu jadi
nafsu makan, makannya lahab bukan
kepalang. Nah begitu pun Bulan. Saban harinya berjibaku dari paper ke paper, makalah ke makalah, presentasi ke presentasi. Sampai-sampai
lulus kuliah prasyaratnya pun harus menulis di jurnal nasional atau
internasional atau mengikuti call for
paper (CFP) beberapa pertemuan kepustakawanan tingkat nasional atau
internasional.
Nah, selama tugas belajar, Bulan menghadiri dua pertemuan atau
konferensi kepustakawanan, yang merupakan hasil lolosnya CFP Bulan. Yang
pertama adalah saat mengikuti CONSAL (Congress on Southeast Asian Librarian)
tahun 2015 di Thailand. Yang kedua saat mengikuti ICIS (International
Conference on Informations Science) tahun 2015 di Malaysia.
Beginilah bunyi surat penerimaan saat Bulan diterima CONSAL. On behalf of the CONSAL XVI Academic
Committee, we are pleased to inform you that your paper, “Developing and
Disseminating Religious Information Among ASEAN Countries In Order to Get
Understanding ASEAN Moslem Society”, has met the accepted international academic
standard of blind peer review and has been accepted for oral presentation at
the upcoming 16th Congress of Southeast Asian Librarians (CONSAL XVI) and the
opportunity for your full paper to be published in the official conference
proceedings.
Ini berkat dorongan kuat dari profesornya yang memerintahkan para
mahasiswanya untuk mengirimkan makalahnya dalam kongres tesebut. Bulan adalah
satu dari beberapa orang yang papernya direkomendasikan untuk dikirimkan ke
ajang tersebut. Bukan kepalang senangnya Bulan. Ini kali pertama dia harus
presentasi makalahnya di depan banyak orang dengan bahasa inggris yang
menurutnya masih belepotan. Untungnya dia tidak sendiri, ada beberapa
teman-teman yang berangkat bareng bersamanya. Hanya saja, untuk keperluan ini tidak
ada sponsor khusus baik dari lembaga atau kampusnya dalam hal pendanaan. Alhamdulillah, mereka
yang lolos CFP free biaya seminar. Tetapi transport pesawat pp dan hotel serta
biaya hidup harus tanggung sendiri. Ga
apa-apalah. Pikir Bulan. Walaupun harus mengocek dalam kantong sendiri,
setidaknya ini kesempataan mengembangkan diri dan menambah jejaring. Begitu
pikirnya.
Presentasi makalah di bagi ke dalam kelas atau ruangan sesuai subjeknya. Saat presentasi, Bulan
bersama presenter lainnya maju ke panggung secara paralel. Ada yang dari
Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Saat akan presentasi, rasa nervous itu ada. Tapi bulan berhasil
mengendalikannya. Rasanya Bulan baru bicara sebentar, ternyata panitia didepan
panggung sudah menunjukkan papan yang bertuliskan 5 munites more. Rada gelagapan Bulan menjelaskan secara
cepat-cepat. Tapi akhirnya presentasi itu selesai juga. Ahhh lega rasanya. Eit,
tapi belum selesai. Karena penjelasannya rada di kebut-kebut, akhirnya ada yang
bertanya dua orang. Satu orang Asia, satunya lagi orang Australia. Kalo
diinget-inget, Bulan rada lupa, ngomong apa ya. Ah sudahlah, yang penting
mereka ngerti maksud Bulan hihihi.
Nah yang paling ditunggu setelah presentasi adalah acara Program of Library and
Cultural Visit. Bulan memilih Half
day library and cultural visits in Bangkok karena jadwal keberangkatan
Bulan dan teman-teman untuk kembali ke Indonesia hanya beberapa jam saja
setelah jalan-jalan. Lucunya adalah
Bulan dkk pengen banget pergi ke Paket 1 (The Royal Grand Palace with the Temple of the Emerald
Buddha, Wat Pho (sightseeing), dan
The National Library of Thailand). Bulan dkk sudah berusaha bernegosiasi
begitu rupa pada panitia untuk diikutsertakan dalam paket 1 tapi apa daya usaha
mereka gagal. Akhirnya Bulan dkk memilih paket 6 (Bang Rak Market, Assumption
Cathedral, dan Haroon Muslim Mosque) yang tidak banyak peminatnya.
Entah kenapa pada
saat hari H keberangkatan Bulan dkk akhirnya dimasukkan ke paket 1. Wow, girang
dong mereka. Tapi kenapa ya. Ternyata banyak yang tidak hadir pada paket 1, mungkin karena satu dan lain
hal. Ndilalahnya pula paket 6 ini, peserta harus naik bis, turun naik kereta
semacam CL kalo di Jakarta. Dan itu tentu menyusahkan peserta. Karena sebagian
peserta sudah siap dengan perlengkapan koper untuk langsung menuju bandara.
Alhamdulillah panitia peka. Rejeki anak sholih. Begitu pikir Bulan dkk.
Menyambangi
Perpustakaan Nasional negara tetangga memang memiliki kesan tersendiri. Selain
kita bisa membanding-bandingkan pengelolaan perpustakaan nasionalnya, kita juga
bisa menakar seberapa jauh concern pemerintah
negara tersebut pada perpustakaan. Tentu ini terlihat salah satunya dari
tampilan dan layanan yang menjadi kesan pertama pengunjung. Dalam pikiran
Bulan, Indonesia gak jelek kok. Mungkin sebelas duabelas dengan Thailand. Begiu
perkiraan Bulan.
Bulan mau cerita
sisi lain konferensi. Ada yang menarik dan lucu juga sih. Pertama, di gedung
diadakannya konferensi. Saat itu Bulan dkk
bertemu rombongan para waria. Wiw, cantik-cantik ya, hihihi. Masalahnya
saat Bulan mau ke toilet, mereka serombongan ada di belakanag Bulan, mengikuti
arah yang sama menuju toilet wanita. Hiiiy. Bulan sedikit kaget. Bulan buru-buru
menyelesaikan hajatnya. Dan segera keluar dari toilet. Hihihi.
Kedua, saat Bulan
dkk di kereta. Karena Bulan berdiri dan
di depannya duduk seorang wanita muda. Cukup ayu dan sopan rupanya.
Wanita itu memberikan tempat duduknya kepada Bulan, yang memang rada kelihatan
sedikit sepuh, hihihi. Setelah mengucapkan terimakasih dan duduk dengan nyaman,
barulah sadar, si wanita itu ternyata waria. Hihihi. Bulan jadi bingung, mana
wanita mana pria ya. Hihihi.
Ketiga, saat Bulan
dkk di hotel. Kebetulan Bulan sekamar bertiga. Ada salah satu teman Bulan,
memang cantik wajahnya. Kali ini ketika di lift bertemu dengan dua orang India.
Mereka rada mengamati teman Bulan yang cantik tersebut sampai menuju ruang
makan. Entah gimana. Saat Bulan dkk
sudah di kamar hotel, bel pintu kamar berbunyi dan terdengar suara ketukan
pintu. Teman Bulan yang cantik itu yang membukakan pintu. Dia berteriak. Bukan
kepalang takutnya. Setelah dilihat di depan pintu adalah orang India yang tadi
bertemu di lift dengan senyuman yang menyeringai. Dia seketika langsung menutup
dan mengunci pintu kemudian berhamburan ke kasur memeluk Bulan. Hiii, sereem.
Bulan sebagai yang dituakan rada ikutan takut juga. Akhirnya mereke bersepakat
tidak membuka pintu dan membiarkan beberapa saat orang India tersebut. Sampai
akhirnya orang itu berlalu dari situ dan tidak nampak lagi sampai keesokan
harinya. Bulan dkk padahal sudah berencana akan minta security untuk mengamankan. Hihihi, dramatis ya. Maklum kaum hawa
tanpa pengawal, jadinya serba paranoid ya.
Apalagi ya, banyak
kayaknya. Tapi lebih banyak senangnya kok. Apalagi pas jalan-jalan dan terutama
yang menarik juga adalah ke sungai yang di tengah-tengah kota. Chao Prhaya
namanya. Pada malam hari sangat indah dan gemerlap. Pasar malam yang gak pernah
sepi, dan di sinilah Bulan dkk memborong banyak souvenir oleh-oleh.
Lanjut cerita yang kedua ya. Saat Bulan mau konferensi di Malaysia.
Inti acara konferensinya gak beda lah sama konferensi lainnya yang Bulan pernah
hadiri. Ini pernyataan penerimaan makalah Bulan. First of all, thank you very
much for your extended abstract submission to our International Conference on
Information Science (ICIS 2015). ICIS 2015 review procedure has completed. We
are delighted to inform you that your manuscript has been accepted for
presentation. Your abstract was reviewed by our panel of national and
international experts. Based on the evaluations, the reviewers’ comments are
enclosed. Begitu kira-kira bunyinya.
Tapi Bulan hendak cerita sisi lainnya ya. Yaitu suka duka perjalanan
menuju ke sana. Bulan berangkat dari rumah, diantar suami tercinta menuju bis
yang akan membawanya ke bandara. Saat itu
sore hari dan hujan deras.
Setelah lama menunggu bis, baru teringat Bulan, kalau ternyata tiket pesawatnya
masih tertinggal di rumah beserta dompet yang berisi KTP dkk. Bulan gak
maksimal saat packing, sehingga
banyak yang terlewat. Kondisi Bulan saat itu sedang tidak enak badan, flu berat
dan pusing. Dengan kasih sayang, sang suami kembali ke rumah—padahal jaraknya
sekitar 7 km sekali jalan-, mengambilkan tiket yang tertinggal di tas kecil.
Setengah jam kemudian, tiket tersebut sudah berada di tangan Bulan. Setelah
berpamitan, mencium tangan dan kening suami, berangkatlah Bulan menuju bandara.
Alhamdulillah perjalanan lancar. Sampailah Bulan di bandara. Dia bertemu
dengan teman seperjalanan sekitar tiga orang yang sudah siap check in. Bulan segera menuju counter check in dan apa yang terjadi.
Jleb…hampir pingsan. Bulan gak bawa paspor. Teman-temannya pun sampai melongo,
gak percaya. Kok bisa. Akhirnya ada yang menawarkan kalau Bulan gak jadi
berangkat, biar dia yang mempresentasikan papernya.
Oalah Bulan bingung tujuh keliling. Meminta suami tercinta mengantarkan ke
bandara pun tidak mungkin. Gak akan terkejar waktunya, hanya ada waktu satu jam
ke depan. Akhirnya Bulan menunda keberangkata sampai esok hari. Dan dengan
terpaksa teman-temannya berangkat lebih dahulu, menyemangati Bulan sambil
saling berpelukan.
Apa yang dikerjakan Bulan. Dia duduk sejenak di sana, sambil menenangkan
pikiran. Kemudian menghubungi pihak pertiketan untuk membatalkan keberangkatan
hari itu. Setelah bernegosiasi dengan petugas tiket, akhirnya muncul
kesepakatan. Tiket Bulan sebenarnya hangus. Dia harus membeli tiket baru yang
lumayan juga harganya. Bersyukurnya petugasnya seorang pria muda yang cukup
sabar dan pengertian. Apalagi dia
melihat Bulan sepertinya sedang tidak enak badan, plus mereka ternyata tinggal
di kawasan yang sama didaerah Depok. Hihihi dunia sempit ya. Bulan hanya diminta membayar setengaha harga
dari tiket baru dan dijadwalkan keesokan harinya, pesawat jam 6 pagi.
Alhamdulillah, aahhh Bulan lega.
Setelah itu Bulan menghubungi suami tercinta untuk mengantarkan
paspornya sebelum jam 5 pagi. Bulan terlihat menitikkan air mata karena telah
merepotkan suaminya tercinta. Dari
seberang telepon genggamnya, sang suami berkata, “Yang sabar ya sayang, ini
ujian kamu. InsyaAllah aku antar paspornya, mudah-mudahan jam 4 pagi sudah
sampai sana. Istirahat ya, jangan lupa makan yang cukup”. Begitu pesannya.
Bulan makin menitiskan air mata, betapa suaminya sangat sayang dan mendukung
apapun yang bermanfaat buat Bulan.
Lengkaplah Bulan menginap di bandara malam itu. Dalam keadaan pening
dan flu berat, tidak membuat Bulan bergairah makan. Mencoba tidur di sofa
bandara rasanya dingin sekali. Bulan gak bawa selimut. Cari-cari tempat yang
agak hangat, akhirnya Bulan tidur di musholla bandara. Merebahkan diri berteman
kesunyian. Yak, dramatis perjalanan Bulan hari itu. Hihihi.
Sampailah Bulan di negeri Jiran. Katanya negeri yang bagaikan saudara
kandung dengan Indonesia. Kalau jauh ngangenin, kalau dekat “bau …tebak
sendiri”. Hihihi. Nah saat pemeriksaan barang, pihak imigrasi rada menyebalkan
Bulan. Banyak tanya apa keperluan di sini dll. Mungkin dianggapnya Bulan itu
TKW ya, jd dipanggil Indon. Hihihi, sabar ya Bulan.
Di bandara sana, Bulan dengan
kondisi yang masih belum membaik, rada bingung. Sedikit kocar-kacir mencari
trasnportasi untuk sampai ke Kampus, tempat berlangsungnya konferensi. Banyak
bertanya agar tidak tersesat. Itulah yang Bulan lakukan. Di jalan, iseng-iseng
ngobrol sama supir taksi yang mengantarnya, ternyata orang awak, alias orang Pekanbaru.
Punya istri orang Jawa. Sudah puluhan tahun tinggal di negeri jiran. Bagi sang
sopir, tinggal di Malaysia bukan seperti tinggal di negara lain. Dia
beranggapan Indonesia-Malaysia bukan negera berbeda. Baginya sama-sama Melayu,
alias Nusantara. Hmmm, Bulan jadi mikir, iya juga sih. Makanya Bulan
ketinggalan passport karena dia pikir hanya mau pergi ke Sumatera saja, hihihi.
Akhirnya, kampus yang dituju
sampai juga. Bulan terlambat mengikuti seremonial pembukaan. Bulan dapat jadwal
presentasi setelah jam makan siang. Saat itu Bulan tiba tepat jam makan siang.
Ndilalah, emang bener ini ujian. Prasmanan hampir habis, hanya tinggal beberapa
menu yang tersisa dan Bulan gak terlalu sreg.
Lengkaplah Bulan presentasi dengan perut rada lapar karena dari kemarin
belum nafsu makan. Tetapi bertemu dengan teman-teman rombongan Indonesia,
sedikit menghapus nelongsonya. Bahkan di berapa kelas presentasi, cukup dinamis
dan menyegarkan. Ada dua bahasa yang dipakai, bahas Inggris dan bahasa Melayu.
Bahasa Indonesia, tentu saja boleh dipakai. Tetapi Bulan tetap usaha mau pakai
bahasa Inggris. Karena masih terbata-bata, ini jadi ajang latihan. Begitu
alasannya.
Bulan dkk menginap di hotel yang
sama. Mereka sampai hotel pada sore hari. Selepas beristirahat dan sholat
Maghrib, Bulan dkk berencana mencari makan malam. Mereka bersepakat mencari
menu ikan. Ndilalah, menu ini cocok
banget buat Bulan. Dia makan dengan lahap
seperti orang yang gak makan beberapa hari. Rasanya Bulan menjadi lebih
segar dan membaik. Oalah obatnya cuma makan enak tho ternyata dan cukup
stirahat. Dan yang spesial lagi, Bulan dkk siap melancong ke sebelah alias
Singapura. Hihihi, sekalian nyebrang, secara konferensi telah usai sambil
menunggu waktu kembali ke Indonesia. Selamat berpetualang Bulan. Nikmatnya jadi
turis backpakeran. Menginap di masjid dan nongkrong-nongkrong di Merlion Park
sambil pepotoan sama si patung Singa. (Oleh Hariyah)
Luar biasa Bulan. Rezeki akibat rajin nulis call for paper sampai jalan-jalan ke luar negeri. Mantap. Jos...
BalasHapusKisah bulan yang inspiratif. Semoga bisa menular ke pustakawan lainnya termasuk diriku. Amin
BalasHapuswah...bulan beruntung sekali...bisa ikut cfp n konferensi di dua negara yang berbeda plus main ke sebelah...luar biasa, suka membacanya salam buat ibu Hairiyah dari seruyan kalteng
BalasHapus