"Ya, mimpi aja dah dulu, besok-besok kan bisa jadi kenyataan."
Oleh: Hariyah*
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, maka pada tahun ini pun rencana kegiatan tidak banyak berubah. Kegiatan disusun dan dijalankan sesuai rencana anggaran yang sudah diajukan. Secara anggaran sudah turun dan kegiatan sudah bisa berjalan, maka rapat persiapan dimulai. Ya, bgitulah kesibukan pustakawan satu ini, saat anggaran sudah mulai cair.
Sebut saja Bulan. Pustakawan yang satu ini memulai karirnya sebagai pengelola perpustakaan sejak tahun 2009. SK CPNS menyebutnya sebagai calon pustakawan di lembaga ini. Tapi baru setelah delapan tahun statusnya berubah menjadi JFT pustakawan. Kemana aja ya Bulan selama ini. Kesibukan mengelola kegiatan perpustakaan inilah yang membuatnya tidak sempat menyusun dan mengajukan berkas DUPAK. Emangnya kesibukan Bulan apa sih.
Ya saat rapat itu, pimpinannya bilang “Kita ini dilematis. Di satu sisi pengen ngerjain kegiatan tusi perpustakaan, ngentri buku, ngelabel, melayani yang pinjam atau ngembaliin buku, melakukan survey kepuasan pengguna dan lain-lain deh. Tapi di sisi lain kita punya kegiatan yang berbasis RKAKL yang perlu dijalankan dan diserap anggarannya. Karena penilaian kerja kita itu, kadang bukan seberapa rapi kita menyususn buku di rak, bukan seberapa banyak buku kita olah, dsb…dsb…tapi sudah berapa besar penyerapan yang kita lakukan. Maka saya minta tolong teman-teman nih, jangan terlalu fokus ngerjain yang begituan dulu ya. Sekarang kita siapkan dulu buat kegiatan bla bla bla….”. Begitulah Bulan mendengarkan wejangan dari pimpinannya, dan kadang membuat alisnya berkernyit.
Emang sih, kegiatan perpustakaan memerlukan anggaran negara yang disusun dalam sebuah rencana kegiatan dan anggaran kementerian negara/ lembaga (RKAKL). RKAKL ini disusun berdasarkan kebutuhan dan kegiatan perpustakaan yang akan dilakukan pada tahun berjalan nanti. Beruntungnya adalah ketika kegiatan yang ada di RKAKL tersebut benar-benar sesuai kebutuhan perpustakaan dan tentunya ada manfaat yang besar yang dirasakan oleh penggunanya. Tapi sialnya adalah, ketika kegiatan yang ada hanya kopi paste dari tahun lalu bahkan kemanfaatannya juga masih harus dikaji lagi. Nah, sayangnya saat Bulan bergabung dengan lembaga ini, sudah tahun berjalan. Dia hanya mengikuti yang sudah ada, bahkan boleh dibilang kegiatan yang ada sudah tradisi. Hmmm.
Tusi alias tugas dan fungsi itu apa sih. Secara umum diartikan sebagai kegitan rutin perpustakaan. Mungkin bisa dibilang kegiatan yang gak ada anggarannya. Emang apa sih kegiatan rutin di perpustakaan. Kalau di perpustakaan Bulan, ya biasa, kegiatannya mengiventarisasi koleksi buku, stempel buku, ngerjain klasifikasi buku, ngentri data, membuat label dan atribut buku, shelving alias penjajaran buku di rak, weeding alias penyiangan buku, kegiatan pelestarian seperti menjilid buku, fumigasi atau kalau tidak mungkin ya menyebar obat anti serangga atau rayap di sekitar koleksi, atau juga menyebar salicil acid si penyerap air agar koleksi dan sekitarnya tidak lembab. Belum lagi memperbaiki koleksi yang rusak, scan cover buku atau mendigitalkan koleksi. Wuidih banyak banget deh pekejaan tusi di perpustakaan Bulan.
Apalagi sekarang koleksinya yang berjumlah puluhan ribu judul, sedang dicek ulang klasifikasinya supaya benar penempatannya di rak. Ini butuh waktu banyak buat ngerjain, plus personil perpustakaanya cuma ada segelintir orang. Bakalan kekejar gak ya pekerjaan ini, bisa-bisa rampung tahunan apalagi diselak-selak sama kegiatan RKAKL. Berabe dan ribet nih. Begitulah banyak yang berkecamuk di kepalanya si Bulan. Pusing tujuh keliling dah tuh Bulan.
Syukurnya pekerjaan RKAKL, menurut perhitungan Bulan gak jelek-jelek amat sih. Artinya nyambung sama perpus dan banyak kok manfaatnya. Emangnya apa aja. Banyak. Ada kegiatan orientasi perpustakaan buat para pengelola perpustakaan di pusat dan daerah, ada pameran yang melibatkan perpustakaan mendesiminasikan terbitan atau produk internal lembaganya, ada monitoring evaluasi dimana teman-teman Bulan yang di pusat memberikan bimbingan teknis dan juga menyebarkan instrumen untuk mengetahui apakah pengelolaan perpustakaan di daerah sudah sesuai Standar Nasioanl Indonesia (SNI) perpustakaan khusus instansi pemerintah, dan banyak lagi yang lainnya. Wuih, bakalan terbang terus nih Bulan, terus perpusnya gimana.
Perpusnya ada kok. Gak kemana-mana. Ada di tempat. Berdiri di jantung ibukota untuk setia menunggu dan menanti siapa saja yang akan datang dan berkunjung. Menanti mereka yang akan menggunakaan koleksinya, mencari referensi, berdiskusi dengan pustakawannya, membedah beberapa buku, mengadakan bibliobattle atau bahkan sekedar tempat meneduh, istirahat sejenak alias tidur karena ruangan nyaman dan ber-AC atau sekedar mencari wifi. Sayang disayang, penantian tiada ujung. Kesunyian dan hanya kesunyian yang setia menemani perpustakaan. Wah Bulan harus bekerja keras mengubah kondisi ini nih.
Bulan berangan-angan, andai dirinya bisa membelah tujuh. Akan ku gapai semua. Akan kukerjakan semua. Akan kubuat engkau menjadi idola penggunamu. Ya, mimpi aja dah dulu, besok-besok kan bisa jadi kenyataan, begitu pikir Bulan. Terus bagaimana kalau menjelang akhir tahun. Nah ini dia yang gak kalah serunya. Laporan kegiatan menumpuk. Mestinya sih gak perlu menumpuk. Kan setiap selesai kegiatan, minimal sepekan laporan harus dibuat, sehingga tidak lupa, tidak menumpuk dan tidak jadi beban. Apakah Bulan melakukan seperti itu. Tentu saja. Lantas kenapa merasa banyak beban di akhhir tahun. Karena Bulan melakukannya sendirian dan gak tuntas alias setengah-setengah. Kok bisa. Ya bisalah. Bulan sibuk dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya, belum lagi kalo ada undangan dari bagian lain atau dari lembaga lain. Hhfffh.
Perkasa ya Bulan, semua pekerjaan dilakukananya sendiri. Emangnya bulan gak punya rekan kerja yang lain. Emangnya bulan OPL alias One Person Librarian. Ya nggak sih. Bulan punya teman kerja lainnya. Tapi sayangnya mereka gak bisa diandalkan. Jadi lagi-lagi Bulan, lagi-lagi Bulan. Tapi Bulan gak kecewa dan tetap tegar. Bahkan dia melihat banyak sisi positifnya kok. Selain adanya kepercayaan pimpinan pada dirinya, Bulan teruji baik fisik maupun mental untuk menjadi pustakawan tangguh. Tangguh karena bisa melakukan pekerjaan tusi sambil disaat bersamaan mengorganisasi kegiatan-kegiatan RKAKL. Manajemen waktunya menjadi lebih baik, karena banyak aktifitas yang harus diatur. Pola makannya menjadi dijaga karena dia gak boleh sakit. Kesabarannya menjadi seluas lapangan bola, karena dia menghadapi aneka karakter orang dimana dia berinteraksi. Wawasannya jadi luas karena dia banyak menghadiri seminar dan forum, dst…dst. Dan gak kalah penting adalah penghasilannya menjadi halal, karena dia pastikan memperolehnya bukan sekedar duduk diam dan duit, tetapi ada keringat mengucur deras untuk menerimanya.
*Penulis: Pustakawan pada Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
Semangat, Bulan!
BalasHapustetap semangat bu sylvia...tks
HapusAyo kamu bisa, MbakBuBulan....
BalasHapusbisa om Dims....siap
HapusWah mba Bulan kereenn, salam ya buat mba Bulan, mba Hariyah 😁
BalasHapusMantep mba..ditunggu cerita inspirasi lainnya..semangat
BalasHapus