Pustakawan udah jadi mitra peneliti. Suka-duka para pembantu lapangan dan saling berbalas pantun, mewarnai jalannya penelitian ini. Bagaimanakah kisahnya, Ikuti Bulan yuuk....*Hariyah
Bulan sang pustakawan menerima undangan rapat. Undangan itu sudah ada di
mejanya begitu ia sampai kantor. Wew, undangannya mendadak banget. Siang ini
rupanya. Tapi ini penting, Bulan harus hadir. Begitu pikirnya.Waaah, Bulan
tetiba ngebut ngentri data koleksi, sebelum ia harus cabut
menuju ruang rapat.
Begitulah Bulan. Disela-sela
pekerjaan rutinnya ia harus menghadiri rapat yang menurutnya cukup penting dan
gak boleh ditinggalkan. Bulan sang Pustakawan sudah jadi mitra peneliti, karena
itulah Bulan dianggap mampu berperan di sini. Emangnya rapat apa sih, kok Bulan kayak grasak grusuk gitu. Ooo ternyata
Bulan dilibatkan dalam kegiatan penelitian skala besar di lembaganya. Apa itu? Namanya
Survey Indeks Kerukunan Umat Beragama di Indonesia tahun 2018.
Inti dari pertemuan tersebut semacam
TOT (Training for Trainers). Bulan
dan peneliti lainnya ditraining untuk
menjadi Trainer. Setiap orang adalah
kordinator di lokasi survey masing-masing. Mereka di sebar ke 34 propinsi di
Indonesia. Satu orang satu lokasi.
Termasuk Bulan, dia dikirim ke kota Pekanbaru. Wuidiw, ini lagi-lagi pengalaman
penelitian Bulan yang unik. Bersyukurnya, panduan yang didapat dari pertemuan
tadi cukup lengkap. Ini akan memudahan dan menjadi panduan Bulan dan peneliti lainnya untuk terjun ke lokasi. Tapi
bagi Bulan tetap saja, rasa nervous itu
ada.
Apa sih yang akan dikerjakan Bulan. Pertama,
dia harus melengkapi dirinya dengan kelengkpan peneliti yang sudah disiapkan
panitia pusat. Apa saja kelengkapannya, yaitu: Surat Perjalanan Dinas (SPD)
untuk peneliti, Surat tugas penelitian, Surat rekomendasi penelitian dari
Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri, Surat pemberitahuan penelitian kepada
Kakanwil dan Kakankemenag dari Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan
Keagamaan, Surat tugas
untuk pembantu lapangan/enumerator, Berkas administrasi keuangan, seperti form
daftar penerima honorarium dan kuitansi pembantu lapangan, File-file/softcopy
(kuesioner, daftar
desa di provinsi yang sudah diacak, file acak KK (Kartu Keluarga) yang
terpilih, format Data Entry dan Sertifikat Enumenator.
Ketika sudah sampai di lokasi
penelitian, apa yang harus dikerjakan? Pertama-tama Bulan berkomunikasi dengan
Kanwil Kemenag provinsi, Kemenag kabupaten/kota, atau pihak perguruan
tinggi. Menyampaikan rencana penelitian, terutama permintaan
bantuan tenaga pembantu lapangan/enumerator. Seperti apa tenaga yang
dibutuhkan. Kriterianya adalah: Handal,
siap menelusuri dan mewawancarai responden, dapat dipercaya, melaksanakan proses survei
sesuai aturan, dan diutamakan memiliki hp bisa ber-whatsapp/untuk
komunikasi, serta terampil mengoperasikan komputer/ms. excel untuk input data,
punya nomor rekening Bank atas nama yang bersangkutan, diutamakan dari kalangan penyuluh
agama atau mahasiswa.
Bagaimana hunting Bulan untuk
mendapatkan enumerator atau pembantu lapangan alias pembalap? Alhamdulillah,
berkat komunikasi yang baik dengan pimpinan dan pihak-pihak terkait di sana,
dalam waktu yang tidak lama Bulan sudah mendapatkan nama-nama orang yang akan membantunya.
Siapa mereka? Wow, ternyata mereka
adalah kaum bapak para penyuluh keagamaan yang berjumlah 14 orang. Mereka siap
menjalankan tugas dan berkomunikasi dengan Bulan selama survey berlangsung. Selanjutnya
Bulan mengatur jadwal pertemuan dengan
para pembalap.
Pada hari yang sudah disepakati, berkumpulah
mereka di ruang pertemuan Kankemenag kota Pekanbaru. Pertemuan dibuka oleh
kepala kantor. Beliau sekaligus memberikan wejangan dan semangat kepada para
penyuluh agar melakukan survey ini dengan baik. “Bapak-bapak para penyuluh
keagamaan, saya minta bisa bekerja dengan baik. Hal ini dalam rangka mendukung
dan mensukseskan program nasional dari pusat”, ujar beliau.
Selanjutnya Bulan on action. Bergaya layaknya seorang
dosen, di depan kepala Kankemenag dan dihadapan 14 orang penyuluh keagamaan
yang semuanya kaum Adam, Bulan menjelaskan maksud, tujuan, dan manfaat survei
ini. Bulan menyampaikan semangat dan
motivasi bahwa pekerjaan ini sangat mulia, partisipasi mereka berkontribusi
besar bagi upaya pemeliharaan kerukunan umat beragama di Indonesia secara luas.
Setelah itu Bulan melakukan simulasi
wawancara, dengan mengulas satu per satu pertanyaan dalam angket, sehingga
pembalap memahami maksud dan cara pengisian setiap item pertanyaan. Bulan
menjelaskan cara penentuan responden dalam suatu desa. Setiap pembantu lapangan
bertanggung jawab mewawancarai 10 responden di setiap Kelurahan/desa yang diperoleh secara acak. Diharapkan
para pembalap dalam bekerja tidak terburu-buru, 1 hari sebanyak 3 orang. Bulan harus pastikan semua pembalap
mengerti dan dapat melakukan tugasnya dengan baik.
Dan yang juga penting adalah, para
pembalap akan diberikan transport dan honor selama 6 hari.
Kepada masing-masing pembalap juga dilengkapi berkas-berkas berupa: angket
10 eksemplar, angket
bantu 1 eksemplar, cinderamata untuk responden, surat dukungan penelitian dari Kemendagri, dan surat tugas
pembantu lapangan.
Singkat cerita, dimulailah survey ini. Sebagai satu-satunya kaum Hawa,
pada awalnya Bulan rada canggung, tetapi dia cepat beradaptasi dengan mereka. Segala
komunikasi dan perkembangan survey didiskusikan dalam sebuah grup wasap. Ini
beberapa percakapan Bulan yang sempat terekam.
“Asw bapak2...semangat pagi. Hari ini
turun ke desa/kelurahan kan...mohon posting foto2nya... Kopian kish grid, satukan/ sisipkan di
instrumennya ya pak” Bulan membuka pembicaraan di grup.
“ Siippp..siap…”, sahut Pak Masrizal.
“Bapak2, adakah yg blm punya file excel untuk acak KK dan input....”,
tanya Bulan.
“Udah semua kayaknya Bu...tinggal
eksekusi dilapangan aja ...”, sahut Pak Ramlis.
“Sip...selamat berjuang, semoga
dimudahkan, lancar dan sukses survey nya....” Jangan lupa foto2 di lapangan di
share ya”, jawab Bulan.
“Aammiiiin... Insya Allah Bu..”, jawab pak Ramlis.
Walaupun sudah
dilakukan pembekalan, tetap saja dalam prakteknya ada kendala. Ada yang wilayah
kelurahan/ desanya cukup besar dan luas karena hasil pemekaran, sehinngga agak
bingung bikin tabel acaknya, ada yang data KK di kelurahannya tidak lengkap,
tersebar atau berserakan, bahkan tidak ada. Ada yang pemukiman padat dan kontur
desanya agak sulit dijangkau, ada pula yang infrastruktur jalannya untuk masuk
motor saja agak sulit, ada yang petugas di keluarahannya sulit ditemui, ada
yang gak mau kasih data malah, dan lain-lain deh. Itu baru tahap untuk
menetapkan responden. Nah, apalagi pas berhadapan dengan responden nih, bakalan
macam-macam responnya. Makanya dalam penelitian ini melibatkan penyuluh
keagamaan, karena mereka dianggap dekat dengan masyarakatnya, sehingga
diharapkan lebih memudahkan survey dan penggalian data dari responden.
Di survey ini yang paling bikin deg-degan si
Bulan malah pada pembalapnya sendiri. Ada yang tidak ada kabar sama sekali atas perkembangan surveynya dan
ada pula yang sudah beberapa hari belum sempat turun ke lapangan. Ternyata usut
punya usut, ada yang sedang sakit, ada yang harus pulang kampung menemui
orangtuanya yang sakit sampai akhirnya meninggal, bahkan ada juga karena
kesalahan administratif, si pembalap harus ke luar kota untuk diklat padahal
dia sudah bergabung dalam survey ini, haduuuh, ada-ada saja ya, hihihi. Kalau sudah begini Bulan jadi kalang kabut
untuk mencari penggantinya yang dapat bekerja dengan cepat. Pffffh. Syukurlah
ternyata bapak-bapak ini saling membantu dan memback up satu sama lain.
“Semangat
pagi bapak2....lanjut perjuangan hari ini ya....Saya mo sapa satu per satu nih.
Pak Alfian hadirkah..... pak Ramlis...
Pak Busihat... Pak Arlis... Pak Masrizal... Pak Zarkoni... Pak Yusnedi... Pak Munasiri...
Pak Nasri... Pak Suryandi... Pak Budhi... Pak Nurdin... Pak Suhaimi...dan Pak Robi...”
“Ok buk
terima kasih hari ini kami siap tempur”, jawab Pak Yusnedi.
Selama
beberapa hari melakukan survey, beragam pengalaman, suka dan duka silih
berganti dihadapi para pembalap. Ada yang wilayahnya terkena banjir, adapula
yang penduduknya hanya bisa disurvey malam hari karena siangnya bekerja, ada
yang respondennya gak mudeng-mudeng sehingga si pembalap harus membacakan
setiap pertanyaan berulang-ulanng sampai tenggorokan kering, ada responden yang
jutek, curiga dan nyuekin, ada pula responden yang bisa diwawancarai setelah
selesai masak, selesai wiridan, dan selesai jaga kedai, jadi harus sabar
menanti, macam-macam deh, hihihi.
Untuk menyemangati para bapak, Bulan
menceritakan kepada mereka beberapa kondisi pembalap di daerah atau propinsi
lain yang gak kalah seru suka-dukanya. Ada pembalap di daerah Maluku yang
jatuh dari motor sampai rusak motornya,
karena medannya yg berat. Ada pula yang harus
nyebrang sungai atau pulau, sehingga kecapean dan sakit. Bahkan baru-baru ini ada
yang terkena gempa cukup besar yaitu di daerah Lombok, getarannya sampai ke
Bali bahkan Makassar. “Mohon doanya atas keselamatan mereka, bapak2”, jelas Bulan.
Setelah melalui berbagai aral
melintang yang dihadapi, akhirnya para pembalap ini dapat menyelesaikan target
surveynya dengan baik. Saatnya mereka merapikan berkas dan menyerahkan kepada
Bulan.
“Bapak-bapak, untuk pengembalian
instrumen kepada saya, apa perlu kumpul lg pak sekalian memberikan honornya
atau bgm baiknya”, tanya Bulan
“Nanti ibuk nginap di mana? Hasil
survey kami yang akan mengantarnya ke tempat ibuk”, sahut Pak Busihat.
“Saya nginap di hotel Pangeran
bapak-bapak. Di Jalan Sudirman. Bisa temui saya di sini”, balas Bulan.
Karena suasana sudah mulai rileks,
cair dan saling bercanda, mulailah mereka sahut-sahutan pantun.
Naik
kereta ke Pekanbaru....
Kereta
berjalan jangan mendekat ...
Ke
Pangeran jangan terburu-buru...
Pulang
pergi asal selamat....., celetuk, Pak Alfian
Pekanbaru kota nan
indah
Elok dipandang di
malam hari
Kalau udah urusan
rupiah
Kecepatan mobil tak
dilihat lagi…, balas Pak Suryandi
Pekanbaru
kota bertuah...
Pemandangannya
begitu indah....
Usahlah
kalah dg rupiah ....
Pikirkan
Juo anak dirumah...., balas Pak Alfian
Pekanbaru di Bumi
Melayu
Warna-warni beraneka
budaya
Mobil pasti dibawa
melaju
Demi rupiah anak istri
tercinta…, Pak Suryandi gak mau kalah
Bahkan
saat susah cari waktu janjian, ada yang nyeletuk, “masak tempe asam padeh.... cape dehhhh..”
hihihi senyum Bulan.
Saat
mereka sudah kumpul bertemu Bulan, keluar lagi tuh pantun Pak Alfian,
Lancang
kuning dibawa nelayan....
Menuju
laut mencari Ikan....
Kompak
penyuluh di Hotel Pangeran....
Tanda
negeri ini rukun dan aman.....
Lancang kuning
berlayar malam
Indah nian di selat
Malaka
Habis ini mau makan
malam
Karena lapar tak dapat
ditunda...., balas Pak Suryandi karena sudah kelaparan dalam perjalanan.
Pak
Budhi sedang otw ke hotel. Pak Alfian beraksi,
Jika
hendak malaju jalan...
Melajulah
dijalan Sudirman.....
Kalau
ada yg ikut makan ...
Ikuti
saja mobil Pak Suryan...
Pak
Suryandi gak mau kalah, dia membalas,
Mobil
lah melaju kencang
Meninggalkan
asap di antara ban
Lagi
pengisian perut agar kenyang
Jangan
diganggu sampai semua makanan dihabiskan
Hahaha
seru ya. Bikin seger. Bulan
tersenyum-senyum. Ada satu orang pembalap, Pak Budhi namanya. Dari awal survey
memang yang paling banyak kendalanya. Selain wilayah surveynya luas, untuk
mendapatkan KK nya juga harus hunting yang gak mudah. Harus janjian sama bu
lurah, dan berkali-kali gagal janjiannya saking sibuknya bu lurah. Bahkan
sampai menunggu beliau demi mencari data KK, dari pagi sampai malam. Pak Budhi
ini yang paling lama selesai surveynya, mendekati deadline. Lagi-lagi Pak Alfian nyeletuk,
Karet
dibawa di hari pakan ...
Pasarnya
jauh di Sungai rokan...
Mungkin
Pak Budi kecapekan ...
Datanya
jadi berantakan....
# Yg
Sabar Ya !!!
Gak
mau kalah Pak Budhi menimpali,
Apa
tanda orang berpengaruh
Kalau
berjalan penuh kewibawaan
Tadinya
baru terinput separuh
Memang
berencana nginput di Hotel Pangeran...
Berjalan ke Padang
Datar
Dapat rusa belang kaki
Walaupun sedikit ada
ke sasar
Tapi capeknya hilang
ketemu ibuk Bulan di sini
Bulan nyengar-nyengir memandangi
HP-nya, rayuan gombal Pak Budhi meluncur. Pak Suryandi pun ikut nimpali:
Rusa hilang di balik belukar
Belukar
dibakar oleh petani
Tadi
data pun hampir kesasar
Untung
amplop bisa mengobati
“Wakkkk, bisa aja Pak
Suryandi…” balas Bulan. Malam itu Bulan dan para pembalap tengah asyik bercengkerama
di udara. Sampai malam kian menjelang, tinggal Pak Busihat yang belum nampak.
Maka mulailah kelakar muncul,
Amplop dijepit di bawah ketiak
Jepit
nya sambil makan yang sedap
Buya
Busihat masih belum terlacak
Apa
jangan-jangan ada rencana menginap?
Selesailah
malam itu, Alhamdulillah semua data survey dan berkas yang harus dikembalikan
sudah ditangan Bulan. Sayangnya Bulan tidak sempat mengecek satu persatu untuk
validasi datanya. Jadi kalau ada kekurangan bisa langsung dibetulkan saat itu.
Karena sudah hampir tengah malam dan
Bulan harus packing barang untuk
kembali ke Jakarta esok jam 6 pagi, maka komunikasi via grup wasap akan terus
berlangsung untuk beberapa waktu.
Sesampainya
Bulan di Jakarta, memang masih ada data yang harus diperbaiki. Alih-alih pengen
istirahat, ternyata pekerjaan belum selesai. Seperti biasa, Pak Alfian usil,
Ibu
Bulan sudah dirumah.....
Menunggu
email ketua Pokja.....
Semoga
Rezkinya makin melimpah......
Walaupun ada tambahan kerja..
Tapi buat Bulan, ini pengalaman
menyenangkan. Para bapak ini alias pembantu lapangan adalah para penyuluh
keagamaan di wilayahnya. Bahkan sebagian diantara mereka saling memanggil
dengan sebutan ustad, buya, bahkan syekh. Karakter mereka yang beragam, juga
jago berpantun, membuat suasana diskusi di grup lebih segar, santai, dan
mencerahkan. Bahkan canda-canda mereka di grup, seringkali membuat Bulan
terkekeh-kekeh, dan memberikan kesan ramah dan akrab. Terimakasih para bapak
penyuluh keagamaan. Semoga perjuangan kalian membantu suksesnya survey ini
menjadi amal sholeh. Tidak sebanding honor dengan kerja kerasnya, tapi biarlah Allah
SWTyang akan membalas. Begitu doa Bulan.
0 komentar:
Posting Komentar