Bangkit dan ayo bangkit, buanglah rasa malas, dan tunjukkan bahwa pustakawan adalah sumber inspirasi dan sumber pengetahuan bagi siapapun"
Oleh: Wahid Nashihuddin*
Halo teman-teman, apa kabarnya? Masih semangatkah Kalian menjadi pustakawan? Yok kita jawab, tentu donk, kita tetap semangat menjadi pustakawan dan siap untuk bilang ‘Yes, We are Librarian’. Aku siap menjadi pustakawan, segala tantangan akan kuhadapi, masalah demi masalah akan kuselesaikan satu per-satu, dan aku siap untuk bangkit menjadi seorang pustakawan yang dapat dibanggakan oleh semua orang. Untuk bangkit kita harus bilang “kalau bukan kita, siapa lagi yang akan memakmurkan perpustakaan” dan “kalau tidak sekarang, kapan lagi kita akan sempat untuk memajukan ilmu kepustakawanan”. Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi pengalaman ketika mental pustakawan menurun (nge-down) dan bagaimana cara membangkitkannya kembali, dan akhirnya bangkit untuk menjadi pustakawan sejati dan profesional.
Menurunnya Mental Pustakawan
Hal ini saya rasakan ketika lingkungan kerja sangat membosankan, dan mungkin teman-teman juga merasakan hal yang sama. Kebosanan menurutku suatu hal yang wajar, tetapi jika diri kita tidak siap menghadapi kondisi tersebut, sangat berdampak pada mental pustakawan, yang awalnya semangat bekerja dan siap melakukan tugas kepustakawanan apapun, akhirnya bermalas-malasan dan bahkan membuat mental pustakawan menurun drastis. Jika mental menurun maka keberanian diri sebagai pustakawan profesional mustahil dapat diwujudkan, dan dampak terburuknya adalah bisa sampai berhenti bekerja sebagai pustakawan atau keluar dari kantor. Faktor lain penyebab menurunnya mental pustakawan, yaitu: (1) kurangnya apresiasi dari pimpinan, yang ada adalah teguran dan hukuman kalau pustakawan tidak bekerja dengan baik; (2) sikap cuek dari pimpinan dan rekan kerjanya terhadap proses dan hasil pekerjaan pustakawan; (3) rasa minder yang berlebihan ketika melakukan pekerjaan yang diluar ekspektasinya, takut dikritik/dicemooh, padahal belum mengetahui hasil yang sesungguhnya. Saranku, rubah suasana kerja yang membosankan menjadi yang menyenangkan, bahkan dapat menggairahkan lagi dalam bekerja dan berkarya.Credit: Pixabay |
Kebangkitan Pustakawan
Bangkit dan ayo bangkit, buanglah rasa malas, dan tunjukkan bahwa pustakawan adalah sumber inspirasi dan sumber pengetahuan bagi siapapun. Ayo..keluarlah dari tempat persembunyiamu pustakawan, jangan hanya duduk di meja kerja perpustakaan, keluarlah dan bergaulah dengan pustakawan di luar sana, dan berbagilah apa yang kamu ketahui dengan mereka, dan tunjukan apa kemampuan dan keunikanmu dibandingkan mereka. Pustakawan selain mengurusi perpustakaan di tempat kerjanya, ia juga memiliki tanggung jawab moral dan sosial yang lebih besar, yakni berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan masyarakat, serta mencerdaskan masyarakat sesuai kemampuannya masing-masing.Sebagai pustakawan, kita harus mempunyai mimpi, target, dan cita-cita. Sabar ada batasnya, tetapi harus membawa perubahan bagi kemajuan layanan perpustakaan dan lembaga induknya. Jika lembaga tidak bisa memberikan yang terbaik, berikanlah suatu hal yang terbaik untuk diri sendiri, dengan kata lain ‘jika perpustakaan susah di-branding karena alasan politis dan keterbatasan kemampuan lembaga (sistemik) maka brangding-lah dirimu sendiri bagai pustakawan profesional’. Hasil dari branding personal ini biarlah rekan kerja dan pengguna perpustakaan kita yang menilai. Percayalah, tidak ada hal yang tidak mungkin, kalau Tuhan sudah berkehendak. Itulah yang menjadi motivasiku untuk bangkit sebagai pustakawan dan sampai sekarang masih bertahan.
Kebangkitan adalah modal diri dan modal perpustakaan untuk maju, baik maju dalam sistem maupun program-program pelayanan perpustakaan. Mungkin kita butuh waktu yang cukup lama (1-2 tahun) untuk membuat perubahan dan kemajuan lembaga, namun untuk komitmen dan konsisten dalam bekerja harus dimulai dari sekarang dan dilaksanakan secara bertahap. Agar perpustakaan dan pustakawannya bangkit untuk kemajuan lembaga, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh lembaga dan pustakawan. Dalam hal ini, lembaga harus: (1) menetapkan visi, misi, dan tujuan perpustakaan didirikan; (2) menjamin ketersediaan sumber daya perpustakaan, yang mencakup pengelola perpustakaan, koleksi, fasilitas, perangkat kebijakan, dan anggaran pengembangan; (3) menyelenggarakan program-program inovatif perpustakaan. Kemudian upaya dari pustakawan, ia harus mampu: (1) menunjukkan eksistensi, peran, dan kontribusinya dalam kemajuan perpustakaan dan lembaga induknya; (2) bekerjasama dan berkolaborasi dengan sivitas lembaga dan pihak lain untuk memakmurkan perpustakaan. Dengan berbagai upaya di atas diharapkan pustakawan segera “bangun dari tidurnya” dan mulai “unjuk gigi” ke publik. Semoga bermanfaat dan tetap semangat berkarya ya, salam literasi.
*Penulis adalah Pustakawan LIPI
Blog Penulis: https://pustakapusdokinfo.wordpress.com
Siap mas wahid...pustakawan harus tahan Banting pada kondisi apapun ya...semangat pustakawan...unit yg paling berhubungan langsung dengan masyarakat luas...dan keberadaanmu dirasakan langsung manfaatnya...
BalasHapusMba hariyah, teman2 pustakawan di Kementerian/Lembaga/, perpustakaan umum, dan perpustakaan tinggi, menjadikanku untuk semangat dan harus bangkit, dengan adanya birokrasi yang kadang membatasi kita untuk berbagai ke luar, semoga kita bisa..semangat
BalasHapus