Ramai-ramai membicarakan peran
pustakawan dalam masyarakat, maka Bulan sang pustakawan pun tidak tinggal diam. Diantara tugas
pustakawan mengedukasi masyarakat adalah dengan memberikan penerangan,
penyuluhan, seminar dan semacamnya bagi perkembangan perpustakaan dan
kepustakawanan. Bulan jadi teringat, tepatnya tanggal 17 November 2016 di Grand Suka Hotel Pekanbaru, memberikan
penyuluhan perpustakaan dengan tema Pembinaan Standarisasi Pengelolaan Pustaka
Keagamaan Islam se-provinsi Riau. Hadir
dalam pertemuan ini adalah para pengurus
DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) dan pengelola perpustakaan masjid di provinsi
Riau yang berjumlah sekitar 40 orang. Acara ini di gagas oleh Direktorat Jenderal
(Ditjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama RI.
Walaupun sudah menyiapkan materi
yang akan disampaikan, diantaranya tentang Pengertian Perpustakaan, Tujuan
Perpustakaan, Sejarah Perpustakaan, Jenis-Jenis Perpustakaan, Kegiatan Utama
Perpustakaan, Aspek-Aspek Perpustakaan, Promosi Perpustakaan, dan Kerja Sama
Perpustakaan yang kesemuanya disampaikan dengan cara sederhana sesuai pemahaman
peserta dan dalam konteks pengembangan perpustakaan masjid, ternyata tidak
mulus.
Lho apa maksudnya tidak mulus.
Begini. Tidak semua materi bisa disampaikan dengan tuntas karena beragamnya
pertanyaan mereka dan spontanitas. Bagi Bulan, ini adalah baik dan tidak
masalah. Tandanya mereka besar rasa keingintahuan tentang perpustakaan. Bahkan
uniknya malah pertemuan ini semacam sesi temu konsultasi saja. Peserta
menyampaikan apa yang dialami dan dirasakan selama ini khususnya dalam
pengembangan perpustakaan masjid. Dan tindak lanjutnya adalah membutuhkan
solusi dan perhatian dari pemerintah, dalam hal ini Ditjen Bimas Islam.
Suasana dialogis dalam pertemuan
tersebut memberikan kesan hangat dan akrab walaupun Bulan segelintir kaum
perempuan diantara mayoritas bapak-bapak. Banyak muncul uneg-uneg dari perasaan
terdalam mereka, alias curhat. Di sinilah Bulan sang pustakawan tergelitik,
prihatin, merenung dan berpikir keras apa yang bisa dibantu, bukan sekedar
menjadi penampung aspirasi saja. Setidaknya
Bulan membawa catatan penting untuk disampaikan di Jakarta nanti.
Seolah ada jawaban dari langit.
Ditjen Bimas Islam memiliki subdit baru yaitu Subdit (Sub Direktorat) Kepustakaan
Islam sesuai PMA No.42 tahun 2016. Sebuah subdit baru yang masih mencari
bentuk. Namun demikian harapan besar ada di sini terkait pengembangan
perpustakaan masjid, yang juga merupakan salah satu tusi (tugas dan fungsi)
Bimas Islam yaitu kemasjidan.
Bulan sang pustakawan sudah
menjalin komunikasi dan sinergi sebelumnya dengan Kasubdit Kepustakaan Islam Bimas
Islam. Maka Bulan menjadi orang yang selalu dilibatkan dalam acara-acara dari
Subdit Kepustakaan Islam. Bukan sekedar meramaikan atau menjadi peserta semata,
tetapi ada harapan besar kolaborasi dan sinergi yang dibangun untuk
mengembangkan kepustakaan Islam melalui pengembangan perpustakaan masjid.
Dimulailah pertemuan-pertemuan
yang menggagas agenda-agenda Subdit Kepustakaan Islam. Diantaranya pembuatan
naskah akademik Kepustakaan Islam dan pedoman pengelolaan perpustakaan masjid.
Terakhir yang Bulan ikuti adalah temu konsultasi Kepustakaan Islam dengan tema Memperkuat Moderasi Islam
melalui Literasi pada Maret 2019
lalu. Peserta kegiatan ini berasaal dari kalangan Kasie Kemasjidan pada Kanwil
Kemenang di 34 provinsi dan Pengelola
Perpustakaan Masjid. Pembicara
acara ini diantaranya adalah Dr. Muchlis M. Hanafi (Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Quran), Muhammad Syarif Bando (Perpustakaan Nasional), Nirwan Ahmad Arsuka
(Pustaka Bergerak), dan Prof. Oman Fathurrahman (Staf Ahli Menteri Agama). Pada
kegiatan ini dipaparkan tentang Penguatan Sistem Kepustakaan Islam dalam Bingkai Moderasi Beragama, Transformasi
Perpustakaan Islam di Era Revolusi 4.0, Kreasi Pustaka Bergerak di Indonesia,
dan mengenai Diseminasi Naskah dan Buku Keislaman di Nusantara.
Bulan mencatat inti dari
pembahasan dan dinamika diskusi yang berlangsung pada acara tersebut adalah: 1)
Pustaka Bergerak dengan mereplikasi kegiatan serupa dari komunitas yang sudah
menjalankan, 2) Program menyumbang buku untuk perpustakaan masjid one jamaah, one book 3) Membangun jejaring perpustakaan masjid, 4) Menyisipkan
sebagian kas masjid untuk membeli sepeda motor yang bisa digunakan untuk
melakukan pustaka bergerak, 5) Perpustakaan masjid menjadi jembatan tersedianya
kepustakaan Islam klasik, 6) Mendesiminasikan koleksi klasik dalan format yang
lebih ringan dan mudah difahami untuk generasi milenial dan masyarakat secara
umum, 7) Memaksimalkan sumber-sumber bacaan dari koleksi Islam klasik, 8) Melakukan
framing koleksi yang hadir di
perpustakaan masjid adalah yang benar-benar bermanfaat dan dibutuhkan
masyarakat, dan 9) Pada perkembangan ke depan dibuat lomba perpustakaan masjid
dan menulis kearifan local.
Yup, itulah sekelumit dari
hadirnya perhatian negara terhadap kepustakaan Islam dan pengembangan
perpustakaan masjid melalui Ditjen Bimas Islam. Semoga pustakawan semakin bergerak utamanya
sama-sama membangun literasi melalui perpustakaan masjid. Pustakawan menjadi
suluh dan penyuluh. (Hariyah A.)
0 komentar:
Posting Komentar