Siang itu Bulan dihubungi via telepon oleh salah seorang
temannya yang ternyata adalah teman kuliahnya dahulu. Si teman ini banyak
bertanya-tanya terkait informasi tentang lomba pustakawan berprestasi. Bulan
jadi ingat dahulu pernah ikutan lomba yang sama dengan si teman ini dan
mewakili DKI Jakarta untuk maju ke tingkat nasional. Begitupun si teman ini. Ia
juara satu tingkat DKI Jakarta dan maju ke tingkat nasional.
Sebagai seorang teman, tentu Bulan tak segan-segan memberikan
banyak informasi tentang lomba ini khususnya untuk persiapan ke tingkat
nasional. Intinya Bulan semacam menjadi konsultan si teman ini dalam rangka
membimbingnya mempersiapkan diri menuju lomba yang dimaksud.
Bicara tentang lomba pustakawan ini, sebenarnya banyak yang
menggelayut di benak Bulan. Bulan merasa sebenarnya apa sih pustakawan
berprestasi itu dan apa sih sebenarnya kontribusi Bulan selama ini. Kira-kira
apa ya yang dilihat juri, lantas memilih Bulan untuk mewakili DKI Jakarta
menuju tingkat nasional. Dan sebenarnya apa yang dinilai pada tingkat nasional
hingga Bulan walaupun bukan yang terbaik terpilih masuk dalam lima besar. Hmmm
Bulan kembali menerawang ke masa setahun yang lalu.
Bulan teringat saat diwawancari pada lomba tingkat provinsi
DKI Jakarta. Salah seorang juri bertanya,” Apa yang saudara cari dari menulis
artikel yang saudara kirim ke jurnal-jurnal ilmiah ataupun yang saudara ikuti
dalam seminar atau konferensi tingkat nasional maupun internasional”. Hmmm sebenarnya saat itu Bulan tidak menjawab
secara jujur. Bukan berarti bohong, tetapi Bulan tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Bulan hanya menjawab, “untuk mengembangkan pengetahuan saya dan meningkatkan
kompetensi saya”.
Bulan berpikir-pikir lagi, jangan-jangan bukan itu tujuannya.
Saat itu Bulan mungkin hanya mengejar poin dan koin. Atau hanya untuk prestise
bahwa pustakawan bisa menulis dan melakukan kegiatan riset. Atau apakah Bulan
menulis sebagai bentuk kritis terhadap dunia kepustakawanan atau menulis
sekedar untuk mengangkat citra diri lembaganya saja. Hmmm, semuanya sih benar
dan tidak ada yang salah. Tapi apa ya sebenarnya tujuan utama Bulan saat itu.
Ya Bulan harus kembali merenung dan meninjau untuk apa Bulan berada dan dimana
posisi Bulan dalam rangka mengembangkan dunia kepustakawanan. Sungguh
pertanyaan diri yang berat buat Bulan.
Nah, pada saat maju ke tingkat nasional, masih terus ada hal
yang menggelitiknya. Saat menjabarkan apa saja yang sudah Bulan lakukan untuk
memajukan perpustakaan di lembaganya bekerja, lagi-lagi Bulan terpapar dengan
rutinitas pekerjaan dan kegiatan-kegiatan perpustakaan yang insidental tetapi
terkesan wah dan luar biasa. Apa iya Bulan
sudah memahami apa yang seharusnya pustakawan lakukan, mana yang inti kegiatan
pustakawan, mana yang hanya kegiatan penggembira saja dan sampingan. Hmm Bulan mengoreksi
diri sendiri.
Sejatinya saat seseorang dinobatkan sebagai pustakawan
berprestasi, otomatis beban-beban pengembangan dunia kepustakawanan seolah
bergelayut di pundaknya. Ada harapan dengan hadirnya ia sebagai pustakawan
berprestasi mampu memberikan gelombang atau spora positif bagi perubahan di
institusinya ke arah yang lebih baik, khususnya dalam dunia kepustakawanan di
lembaganya. Sudahkah Bulan mengemban amanah ini? Bisa jadi Bulan hanya berkutat
di tempat, label sebagai pustakawan berprestasi itu hanya sekedar gelar saja
saat itu. Selebihnya, ya berlalu begitu saja, biasa-biasa saja.
Iya kah Bulan seperti itu? Seolah menjadi pustakawan
berprestasi itu ibarat sebuah tamparan yang siap mendarat di pipinya manakala
kinerja dan perilakunya tidak sesuai
dengan gelar yang disandang. Ayo Bulan, kamu harus bangkit dan jangan memalukan
makna dari kata pustakawan berprestasi.
Ini bukan sekedar sebuah lomba, kejuaraan atau kompetisi menjadi yang
terbaik dalam mengikuti mekanisme lomba. Tetapi lebih dari itu, ada makna yang
dalam. Ke mana sang pustakawan manakala dunia kepustakawan ini hanya jalan di
tempat. Di mana kontribusimu untuk menaikkan kinerja lembaga, apa yang bisa
kamu berikan untuk membantu para pemustaka dan memajukan cara berfikir mereka.
Wuih….berat ya jadi pustakawan berprestasi itu.
Bukan gelar dan mahkota kemenangan yang disandang, tetapi
tanggung jawab dan inovasi yang bakal dilihat para stake holder. Semakin banyak perpustakaan membantu pemustakanya,
semakin ada di hati perpustakaan itu, dan semakin sulit jikalau suatu waktu
perpustakaan itu harus bubar jalan. Wahai Bulan, sang pustakawan berprestasi.
Jangan mutung ya…ingat amanah kamu sebagai pustakawan berprestasi tingkat
nasional. Bulan merenung dalam. Bulan tidak boleh diam. Bulan harus terus
bergerak. Bulan harus memajukan institusinya.
0 komentar:
Posting Komentar