Oleh : Dr. Ahmad Syawqi, S.Ag, S.IPI, M.Pd.I
(Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin)
Saat ini kita sehari-hari selalu disuguhi oleh banyak informasi seputar wabah/virus corona (covid-19) yang dinilai begitu berbahaya dan membuat manusia takut dengannya karena bisa membawa kematian, sehingga semua pihak telah menyatakan tanggap darurat untuk mengantisipasi penularan virus tersebut.
Ada satu kisah menarik dalam sejarah Islam terkait dengan sebuah virus. Kisah ini detail diceritakan dalam buku tentang khalifah Umar bin Khattab Radhiyallah Anhu (RA) karya Syaikh Ali Ash Shalabi. Hari itu tahun 18 H, Khalifah Umar bin Khattab RA bersama para sahabatnya berjalan dari Madinah menuju negeri Syam. Mereka berhenti di daerah perbatasan sebelum memasuki Syam karena mendengar ada wabah Tha'un Amwas yang melanda negeri tersebut. Sebuah penyakit menular, benjolan diseluruh tubuh yang akhirnya pecah dan mengakibatkan pendarahan. Abu Ubaidah bin Al Jarrah, seorang yang dikagumi Umar RA, sang Gubernur Syam ketika itu datang ke perbatasan untuk menemui rombongan. Dialog yang hangat antar para sahabat, apakah mereka masuk atau pulang ke Madinah. Umar yang cerdas meminta saran muhajirin, anshar, dan orang-orang yang ikut Fathu Makkah. Mereka semua berbeda pendapat. Bahkan Abu Ubaidah RA menginginkan mereka masuk, dan berkata mengapa engkau lari dari takdir Allah SWT? Lalu Umar RA menyanggahnya dan bertanya. Jika kamu punya kambing dan ada dua lahan yg subur dan yang kering, kemana akan engkau arahkan kambingmu? Jika ke lahan kering itu adalah takdir Allah, dan jika ke lahan subur itu juga takdir Allah
Sesungguhnya dengan kami pulang, kita hanya berpindah dari takdir satu ke takdir yang lain. Akhirnya perbedaan itu berakhir ketika Abdurrahman bin Auf RA mengucapkan hadits Rasulullah SAW: Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya. (HR. Bukhari dan Muslim). Akhirnya mereka pun pulang ke Madinah. Umar RA merasa tidak kuasa meninggalkan sahabat yang dikaguminya, Abu Ubaidah RA. Beliau pun menulis surat untuk mengajaknya ke Madinah. Namun beliau adalah Abu Ubaidah RA, yang hidup bersama rakyatnya dan mati bersama rakyatnya. Umar RA pun menangis membaca surat balasan itu. Dan bertambah tangisnya ketika mendengar Abu Ubaidah, Muadz bin Jabal, Suhail bin Amr, dan sahabat2 mulia lainnya RA wafat karena wabah Tha'un di negeri Syam. Total sekitar 20 ribu orang wafat, hampir separuh penduduk Syam ketika itu.
Pada akhirnya, wabah tersebut berhenti ketika sahabat Amr bin Ash RA memimpin Syam. Kecerdasan beliau lah yang menyelamatkan Syam. Hasil tadabbur beliau dan kedekatan dengan alam ini. Amr bin Ash berkata: Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran api. Jaga jaraklah dan berpencarlah kalian dengan menempatkan diri di gunung-gunung. Mereka pun berpencar dan menempati gunung-gunung. Wabah pun berhenti layaknya api yang padam karena tidak bisa lagi menemukan bahan yang dibakar.
Belajar dari bagaimana kisah orang-orang terbaik itu dalam menghadapi wabah virus, maka bagi kita semua apapun profesinya, baik dokter, perawat, guru, dosen, pedagang, dan sebagainya, termasuk sebagai seorang pustakawan, kita tidak perlu bersedih dan Islam sebagai agama terbaik telah memberikan kabar gembira ditengah kesedihan ini untuk kita semua berupa amalan-amalan sebagai panduan yang dapat kita lakukan agar terhindari dari Virus Corono.
Pertama, Berikhtiar dengan melakukan pencegahan. Di samping berlindung kepada Allah, tentunya sebagai seorang manusia kita juga harus berikhtiar dengan melakukan usaha-usaha pencegahan agar virus ini tidak menular kepada diri kita atau kepada orang-orang yang kita sayangi. Ikhtiar ini bisa dilakukan dalam skala individu maupun berjamaah.
Dalam skala individu ikhtiar dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti rutin menjaga kesehatan, rutin mencuci tangan, rutin memakan dari makanan-makanan yang baik, rutin memakai masker dikeramaian, serta menghindari keluar rumah dan berkumpul di tempat keramaian bila tidak diperlukan.
Bagi seorang muslim ikhtiar individu yang wajib dilakukan adalah dengan menjaga wudhu agar menjaga kondisi tubuh selalu dalam keadaan suci untuk beribadah, dengan sering membasuh tangan, serta wajah untuk tetap bersih. Dari hasil sejumlah riset, wudhu bisa mencegah risiko sejumlah penyakit, seperti kanker, sakit gigi, sakit kepala, rematik, flu, pilek, pegal, menjaga dan memelihara kesehatan, serta keselarasan pusat saraf, hasil riset tentang wudhu yang dilakukan oleh Leopold Wemer Von Enrenfels, seorang psikiater dan neurology dari Austria.
Ikhtiar individu lainnya adalah bersin dengan menunduk dan menutup mulut serta hidung, lalu ucapkan ALHAMDULILLAH. Hal tersebut bisa mencegah penyebaran penyakit sekaligus mendoakan sesuai dalam hadis Nabi Muhammad saw., Jika seseorang di antara kalian bersin, maka ucapkanlah ALHAMDULILLAH (segala puji bagi Allah), hendaklah saudaranya mengucapkan YARHAMUKALLAH (semoga Allah merahmataimu). Jika ia mengucapkan YARHAMUKALLAH, ucapkanlah YAHDIKUMULLAH WA YUSHLIH BAALAKUM (semoga Allah memberikan petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).
Adapun ikhtiar dalam skala berjamaah, dilakukan dengan cara melakukan pencegahan-pencegahan agar virus ini tidak merambah ke skala yang lebih luas lagi seperti melakukan isolasi/karantina kepada mereka-mereka yang terkena virus atau mereka yang tercurigai terkena virus. Sebagaimana Sabda Nabi SAW : Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada didaerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya. (HR. Bukhari & Muslim). Inilah konsep karantina yang hari ini kita kenal. Mengisolasi daerah yang terkena wabah yang harus dijalani semua negara. Sebagaimana solusi dari Amr bin Ash untuk berpencar. Menjaga diri dari keramaian (social distancing) dan menahan diri (karantina) untuk tetap di rumah sebagai cara ikhtiar yang banyak ditiru dunia barat.
Kedua, Bertawakkal setelah berikhtiar, lalu serahkan kepada Allah. Kita tawakkalkan diri kita kepadaNya. Karena hidup dan mati kita sebagai seorang hamba semua berada di tanganNya. Allah berfirman : Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam. (QS Al-An’am:162)
Yakin bahwa seorang hamba akan tetap hidup bilamana memang ajalnya belum datang, bahkan bila virus corona ataupun virus lainnya yang lebih ganas daripada itu menjangkitinya, namun bila memang sudah ajalnya, jangankan virus corona atau yang lebih dari itu, bahkan digigit semut pun seseorang bisa mati jikalau memang ajalnya telah tiba. Semoga Allah menutup hidup kita dengan husnul khotimah.
Ketiga, selalu berdoa agar dijauhkan dari wabah. Senantiasa meminta perlindungan kepada Allah. Virus corona adalah makhluk sebagaimana makhluk-makhluk Allah lainnya, dan ia tidaklah bergerak kecuali atas perintah dan izin Allah ta’ala yang menciptakannya. Berlindung kepada Allah ini bisa dilakukan dengan selalu membaca doa-doa pelindung yang bersumber dari Al-Qur’an seperti surat Al-Falaq dan An-Nas ataupun dari doa-doa yang bersumber dari Nabi Muhammad saw., seperti doa yang sangat masyhur untuk dibaca di pagi dan petang hari : BISMILLAHILLADZI LA YADHURRU MA'ASMIHI SYAI'UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMA'I WA HUWAS SAMI'UL 'ALIM (Dengan nama Allah yang apabila disebut, segala sesuatu dibumi dan langit tidak berbahaya. Dialah maha mendengar dan maha mengetahui). Nabi Muhammad saw., menerangkan : Barang siapa yang membaca dzikir tersebut 3x diwaktu pagi dan petang. Maka tidak akan ada bahaya yg memudharatkannya. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Ada juga doa lainnya yang diajarkan oleh Nabi SAW, yaitu ALLAAHUMMA INNII AUUDZU BIKA MINAL BAROSHI WAL JUNUUNI WAL JUDZAAMI WA MIN SAYYI'IL ASQOOMI (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila, kusta, dan dari segala penyakit yang buruk/mengerikan lainnya). (HR. Abu Dawud).
Keempat, Bersabar. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : Tha'un merupakan azab yang ditimpakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Kemudian Dia jadikan rahmat kepada kaum mukminin. Maka, tidaklah seorang hamba yang dilanda wabah lalu ia menetap dikampungnya dengan penuh kesabaran dan mengetahui bahwa tidak akan menimpanya kecuali apa yang Allah SWT tetapkan, baginya pahala orang yang mati syahid. (HR. Bukhari dan Ahmad).
Masya Allah, ternyata mati syahid lah balasan Allah. Sesuatu yang didambakan kaum muslimin. Maka, sabar dan tanamkanlah keyakinan itu. Jika takdir Allah menyapa kita, berharaplah syahid.
Kelima, Yakin kepada Allah akan kesembuhan. Bila ada di antara kita yang ditakdirkan oleh Allah tertimpa penyakit ini, maka yakinlah bahwa Allah adalah sebaik-baiknya penyembuh karena Ia lah Tuhan Yang Maha Penyembuh. Dan yakinlah juga bahwa tidak ada penyakit yang Allah turunkan, kecuali ada juga obat yang diturunkan bersamanya. Nabi SAW bersabda: Tidaklah Allah SWT menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga yang menurunkan penawarnya. (HR. Bukhari).
Demikianlah beberapa amalan yang bisa kita lakukan dalam menyikapi wabah virus corona ini, dan marilah kita berdoa kepada Allah agar senantiasa menjaga diri kita, keluarga, kerabat dan orang-orang yang kita sayangi serta menjaga negeri kita dan juga negeri-negeri kaum muslimin lainnya dari wabah virus corona. Dan selalu kita sisipkan doa-doa terbaik kita kepada mereka saudara-saudara kita yang sedang diuji dengan virus ini agar supaya Allah segera menyembuhkan mereka dari penyakit ini. Aamiiin.
Aamiiin. Semoga wabah ini segera teratasi dan bumi kembali sehat
BalasHapusAamiiin
BalasHapus