Pandemik Covid-19 mengubah pola interaksi dan kinerja pustakawan hari ini. | Sumber gambar: pixabay.com |
Pasca WHO menetapkan coronavirus disease (Covid-19) sebagai pandemi global pada 11 Maret 2020 yang lalu, Pemerintah Indonesia pun langsung tanggap menyikapinya dengan menetapkannya sebagai Bencana Nasional pada 14 Maret 2020. Implikasinya, pemerintah pun kemudian mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, termasuk imbauan bekerja dari rumah, yang populer dengan istilah work from home (WFH), sebagai bentuk kewaspadaan mencegah penyebaran virus ini secara masif.
Kebijakan tersebut menuai pro dan
kontra. Apalagi di era post truth
seperti saat ini dimana informasi bergulir begitu cepat dari kanal satu ke
kanal lain, seolah-olah benar padahal tidak sama sekali. Ada yang langsung taat
imbauan pemerintah untuk kerja dari rumah, tetapi tidak sedikit yang masih
harus masuk kantor seperti biasa. BSN, kantor saya, termasuk yang langsung
menyambut imbauan pemerintah dengan menginstruksikan pegawainya untuk
melaksanakan kerja dari rumah. Saya perlu bersyukur karenanya.
Hari ini telah masuk minggu kedua pelaksanaan kerja dari rumah. Sebagai pustakawan, perubahan pola kerja menjadi “kerja dari rumah” ini ternyata berdampak pada perubahan pola interaksi antara pustakawan-pengguna, pustakawan-pustakawan maupun pustakawan-rekan kerja lainnya (manajemen). Secara umum pola interaksi tersebut menjadi 100% dilakukan secara daring (online) melalui berbagai platform. Sebagai aparatur sipil negara (ASN) meskipun bekerja dari rumah tetapi kami dituntut tetap melakukan pelayanan prima.
Berikut saya sampaikan apa saja
yang kami lakukan dan bagaimana kami bekerja di Perpustakaan BSN sebagai best practices pustakawan selama masa “kerja dari rumah” (working from home) dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19. Tulisan ini cukup panjang, mohon siapkan cemilan Anda untuk teman baca. Semoga bermanfaat.
1. Optimasi layanan pengguna secara online
Perpustakaan BSN memiliki
beberapa layanan publik yang menjadi indikator kinerja diantaranya; layanan
dokumen standar (internal dan eksterna), baca dan unduh dokumen SNI (Standar
Nasional Indonesia), konsultasi dan repositori. Beberapa layanan tersebut
sebelumnya sudah ada yang full online, tetapi sebagian masih hybrid seperti layanan dokumen standar
dan konsultasi yang masih tersedia dalam bentuk layanan secara konvensional
(manual/tatap muka).
Pada masa krisis seperti saat
ini, dalam rangka memberikan layanan pengguna yang optimal, kami juga
mengoptimasi semua layanan perpustakaan. Per tanggal 16 Maret 2020, Perpustakaan BSN pun menutup
sementara layanan tatap muka atau kunjungan langsung dan mengalihkannya menjadi
layanan daring (online) termasuk
untuk layanan dokumen standar dan konsultasi. Selain itu, untuk layanan dokumen
standar yang sebelumnya dapat dipesan dalam format tercetak, sementara ini
hanya dapat dilayani dalam format PDF. Hal ini akan mempersingkat proses
layanan sehingga pengguna dapat dengan segera mendapatkan dokumen standar yang
dibutuhkan.
2. Pemanfaatan media sosial secara
efektif
Hari ini tentu kita menyadari
kekuatan media sosial dalam menyebarluaskan informasi kepada masyarakat. Kecepatan
akses dan respon serta interaksi yang dapat dilakukan melalui media sosial
menjadi salah satu alasan berbagai pihak memanfaatkannya sebagai saluran diseminasi informasi yang efektif sekaligus efisien.
Tim pustakawan banyak
berkoordinasi dengan tim media sosial BSN untuk membuat konten-konten informatif,
mulai dari infografis penyesuaian layanan publik BSN, termasuk Perpustakaan,
dan juga konten lainnya seputar Covid-19. Pemanfaatan media sosial seperti
Instagram, Facebook dan Twitter saat ini sangat efektif dan efisien, selain
misi mendiseminasikan informasi secara masif, engagement terhadap setiap konten yang disebarluaskan juga cukup
tinggi sehingga dapat sekaligus menjadi strategi promosi bagi layanan
Perpustakaan BSN.
3. Manajemen kontrak
Perpustakaan BSN dalam menjalankan
tugas dan fungsinya banyak melibatkan vendor/stakeholder terkait pengadaan
barang maupun jasa. Kondisi pandemi Covid-19 saat ini termasuk dalam keadaan
kahar (force majeur), suatu keadaan
yang terjadi di luar kehendak para pihak dalam kontrak dan tidak dapat
diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban dalam kontrak menjadi tidak dapat
terpenuhi. Kondisi ini berdampak pada pasokan barang yang terkait kontrak
dengan Perpustakaan BSN terhambat, bahkan berhenti sama sekali.
Nah, dalam hal ini pustakawan pun
berperan untuk mengelola kontrak dengan vendor/penyedia dan juga PPK di
lembaga. Kami mengomunikasikan terjadinya keadaan kahar sesegera mungkin (paling lambat 14 hari
kalender) sesuai ketentuan LKPP secara tertulis dan terdokumentasikan. Ada beberapa
pilihan tindakan dalam keadaan kahar seperti saat ini yaitu; terus dilanjutkan,
kontrak dihentikan sementara, dan menghentikan kontrak secara permanen. Dalam
hal ini, Perpustakaan BSN menggunakan ketiga opsi tersebut sesuai dengan
penilaian kondisi kontrak yang telah dilaksanakan.
4. Manajemen krisis untuk acara perpustakaan
Sebelum krisis ini melanda,
Perpustakaan BSN tengah merencanakan beberapa program kegiatan yang sebagian
besar offline, mulai dari training, literasi informasi SPK (standardisasi dan
penilaian kesesuaian, -red), monitoring dan evaluasi penyelenggaraan SNI Corner
di beberapa wilayah. Karena kegiatan tersebut tentunya melibatkan banyak orang
serta harus melakukan perjalanan ke berbagai wilayah yang saat ini menjadi zona
merah penyebaran Covid-19, tim pustakawan dan manajemen Perpustakaan BSN pun
memutuskan untuk menunda hingga waktu yang akan ditentukan kemudian dan beberapa
acara harus dibatalkan. Hal tersebut semata untuk menghindari potensi
penyebaran Covid-19 secara masif.
Dalam proses penundaaan atau
pembatalan acara, hal terpenting yang kami lakukan adalah melakukan
komunikasi dan koordinasi kepada pihak terkait melalui berbagai saluran seperti
surel, aplikasi percakapan online (whatsapp,
telegram) dan teleconference.
5. Koordinasi antar-pustakawan
Kinerja kami di Perpustakaan BSN hampir selalu terkait antara pustakawan satu dengan yang lain, terutama untuk
layanan dokumen standar dan konsultasi. Pemrosesan layanan dokumen standar
misalnya, setidaknya melibatkan 4 (empat) pustakawan mulai dari verifikasi
pemesanan, verifikasi kode billing, verifikasi pembayaran hingga pengiriman
file. Oleh karena itu perlu saluran komunikasi yang intens untuk berkoordinasi
dalam layanan tersebut. Kami memanfaatkan media Whatsapp Group karena secara
fungsi paling efektif dan efisien.
Selain itu, dalam hal monitoring dan evaluasi penyeleggaraan kegiatan perpustakaan, pustakawan dan
manajemen Perpustakaan BSN memanfaatakan saluran teleconference. Rapat-rapat
koordinasi kami lakukan secara daring memanfaatakan platform Zoom yang bisa
digunakan dalam perangkat mobile maupun PC desktop.
6. Pustakawan sebagai “first
responder” informasi
Sebagai pustakawan, kami
menyadari memang bukan ahlinya terkait pandemik Covid-19 ini. Akantetapi pustakawan memiliki kompetensi dalam hal menelusur sumber-sumber informasi yang relevan
dan kredibel terkait topik-topik tertentu, termasuk Covid-19. Oleh karena itu,
di grup manajemen BSN kami sering diminta untuk menyediakan informasi yang
akurat sebagai bahan press release atau konten media sosial. Selain itu,
sebagai first responder, manajemen
juga tidak jarang meminta bantuan pustakawan untuk memverifikasi informasi yang
diterima, dengan kata lain memverifikasi apakah informasi itu benar atau
disinformasi (hoax).
7. Mengompilasi sumber informasi
yang kredibel terkait Covid-19
Peran satu ini memang tidak
secara langsung terkait dengan kinerja sehari-sehari layanan di Perpustakaan
BSN. Tetapi satu hal yang harus dipahami, profesi pustakawan memiliki peran
penting di tengah masa krisis pandemik virus korona seperti saat ini, salah
satunya dalam mengedukasi masyarakat untuk mengakses dan mendapatkan informasi
yang benar dan terpercaya. Apalagi saat ini begitu banyak berseliweran
informasi yang tidak jelas otoritasnya (hoax)
di tengah masyarakat seputar isu Covid-19.
Nah, kami di Perpustakaan BSN
berusaha mengompilasi berbagai informasi yang kredibel seputar isu Covid-19 dan
menyebarkannya, mulai dari internal lembaga dan juga melalui media sosial. Upaya
ini selain untuk memberikan referensi yang otoritatif kepada pengguna, juga
dalam rangka meng-counter disinformasi (hoax)
yang sudah tersebar.
8. Mengurasi artikel seputar topik
Covid-19
Kegiatan kurasi artikel ini
sudah menjadi kegiatan harian pustakawan di Perpustakaan BSN. Hasil kurasi
artikel bisa dicek di portal kami yang sebagian besar ruang lingkupnya seputar perpustakaan, kepustakawanan, dokumentasi, data dan informasi. Di
tengah kondisi wabah Covid-19 saat ini, perpustakaan memiliki peran
menyebarluaskan informasi yang akurat dan kredibel sehingga tim pustakawan
berinisiatif untuk mengkurasi artikel seputar topik Covid-19. Artikel yang kami
kurasi bersumber dari portal-portal resmi informasi Covid-19, khususnya internasional, sehingga kami harus menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
terlebih dahulu agar lebih mudah dipahami oleh pengguna.
9. Menulis
Menulis adalah kegiatan alternatif
yang kami lakukan untuk mengisi masa kerja di rumah, baik secara individu
maupun kolaboratif. Bagi sebagian orang yang hobi menulis, banyak hal
menguntungkan selama masa karantina diri ini. Kita bisa lebih produktif dalam
menulis karena minim distraksi seperti undangan rapat dadakan, distraksi
obrolan rekan kerja di sekitar, atau distraksi musik-musik yang seharusnya bisa
didengarkan melalui perangkat earphone masing-masing.
Menariknya, buat saya pribadi inspirasi dan mood
menulis ternyata bisa saja muncul setelah mandiin anak
atau mengganti popoknya karena sudah penuh pipis, termasuk ketika menulis artikel ini. Hehehe.
Tips work from home a la pustakawan
Satu poin penting yang perlu dipahami selama kerja dari
rumah (work from home/WFH) adalah bahwa anggota tim kita mungkin tidak ada di tingkat
produktivitas terbaiknya. Ada banyak kegelisahan yang muncul di antara keluarga
dan teman, dan itu lumrah. WFH memerlukan
tidak hanya rasa tanggung jawab yang tinggi, tapi juga empati dan rasa percaya.
Ingat, ini adalah masa yang sangat berat untuk semua orang. Percayalah pada
anggota tim bahwa mereka akan melakukan yang terbaik dalam situasi sekarang.
Berikut beberapa tips yang relevan dengan apa yang saya
lakukan sebagai pustakawan selama masa WFH ini.
1. Ciptakan lingkungan yang tepat
Kantor memang didesain untuk kita bekerja dan fokus. Nah,
ketika bekerja dari rumah mungkin kita akan menemukan hal berbeda sehingga
perlu dan penting untuk menata ulang area kerja di rumah. Menyediakan area
dengan penerangan cukup, minim gangguan, meja dan kursi yang nyaman menjadi
satu paket yang esensial selama kerja di rumah.
Kita juga perlu memberikan penjelasan kepada anggota
keluarga lain bahwa kita memerlukan waktu dimana harus bekerja, dan kapan bisa
diganggu. Selain itu, jika di kantor kita memiliki rekan kerja yang bisa mengingatkan
jam istirahat, berbeda ketika di rumah. Kita perlu membuat pengaturan waktu
istirahat yang tepat. Jika perlu, pasang alarm di handphone.
2. Gunakan tool
yang tepat
Kita perlu memastikan bahwa alat kerja dan koordinasi yang
disepakati kantor atau tim sudah terpasang di perangkat kita (HP/laptop/PC).
Perpustakaan BSN misalnya, menggunakan Whatsapp untuk berkirim pesan dan Zoom
untuk teleconference.
Nah, sebagai best
practice dalam penggunaan alat tersebut, tim juga perlu komitmen terhadap
beberapa hal, diantaranya;
- Berkomunikasi secara ekstra. Tentukan ekspektasi dengan jelas dan
buat Rules of Engagement untuk semua anggota tim selama
periode WFH. Apa yang harus
dilakukan secara sinkron dan tidak? Pasang status Whatsapp jadi Away tiap
kali kamu meninggalkan meja kerja untuk istirahat, lalu berikan update jika
kamu sudah selesai.
- Dokumentasikan hal penting. Rapat seringnya akan jadi tidak sinkron
dalam kondisi WFH ini. Oleh
karena itu, penting untuk selalu mendokumentasikan semua hal yang didiskusikan.
Kita perlu mencatat setiap keputusan penting memanfaatkan file sharing kemudian disimpan di folder bersama yang bisa diakses semua
orang
- Ekspert tip: Dalam memanfaatkan Zoom sebagai
platform rapat daring, perlu memasang opsi video muted/off sebagai pengaturan
awal. Kamu tentu tidak ingin terlihat di depan orang lain dalam kondisi kamar yang
berantakan, dan Zoom membantu mencegah hal itu terjadi.
3. Bangun pola pikir yang tepat
Pindah kerja dari kantor ke rumah mungkin akan jadi
pengalaman yang sangat asing bagi banyak orang. Tapi semuanya berusaha
menyesuaikan diri, jadi maklumilah mereka yang belum terbiasa. Kami di
Perpustakaan BSN menyepakati waktu-waktu di mana seluruh anggota tim harus standby dan melakukan briefing singkat melalui Whatsapp Group.
Pada penghujung hari, kami juga terbiasa transparan
melakukan ceklis apa saja yang telah dikerjakan selama hari ini melalui logbook kegiatan dan juga kendala apa
yang dihadapi, sehingga bisa menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan esok hari secara berkelanjutan.
Penutup
Work from home atau kerja dari rumah ini adalah momen yang akan mengubah bagaimana perpustakaan menjalankan fungsinya. Banyak hal yang sebelumnya dipandang tidak mungkin untuk dilakukan secara remote, ternyata terbukti bisa dikerjakan, dan tetap efektif.
------------------------------------------------------------------------------
Depok,
Selasa, 24 Maret 2020 [13:57 WIB]
Muhammad Bahrudin
Pustakawan BSN
Tindakan pencegahan yang bagus 👍
BalasHapusSemoga epidemi virus mematikan ini segera berakhir.
Mantap sekali wejangannya buat kita para pustakawan utk WFH dan semakin banyak utk lebih berkarya. Sehat selalu dan sukses selalu utk kita semua.
BalasHapusSemoga pustakawan berakal budi yang sehat, berinovasi tetap jaya,hidup pustakawan jayalah perpustakaan.Sukses,Salam Sehat
BalasHapusPustakawan selama pabdemi hrs kreatif dan berinovadi memberikan layanan daring(online ) kpd pemustaka,pustakawan selalu berada gugus terdepan membrikan informasi untk membangun motode meningkatkn bidaya baca sehingga indo menjadi tuan rumah pemilik budaya baca paling scor nilai tertinggi..salam pustakawan sukses
BalasHapus