Tidak ada yang lebih baik daripada beberapa lembar halaman buku yang menghibur kita. (hlm. 241) #inkheart
Selama #SocialDistancing, hal apa yang bisa dilakukan oleh pustakawan? Tentu nggak jauh-jauh dari buku donk.. :D
Ini hanya beberapa buku yang beraroma buku di dalamnya, mungkin teman-teman punya referensi lain, share ya.
Berikut buku-buku bertema buku banget yang pernah saya baca dan buat postingan reviewnya. Untuk membaca ulasan lengkapnya, saya sematkan di setiap judulnya ya, tinggal di klik:
8. Marginalia
Apa itu marginalia? Marginalia adalah penghargaan tertinggi yang bisa diberikan seorang pembaca kepada sang penulis. Begitu juga dengan konsep kafe Marginalia yang dimiliki Gandi dan Sonya. Di kafe ini terdapat rak buku yang penuh dengan marginalia dari banyak orang. Dari sinilah kisah akan dimulai.
Wow, suka banget konsep kafe Marginalia ini. Dari banyak buku bersetting kafe, Marginalia ini punya sisi unik. Saya aja ampe nggak kepikiran gimana cerita ada sepasang manusia pemilik kafe yang merelakan semua koleksi buku mereka dicorat-coret oleh pengunjung kafe yang ingin mencurahkan perasaannya. Mau donk kalo ada kafe kayak gini beneran…
AYU. Gadis-gadis lain mengumpulkan tas dan sepatu. Ayu mengumpulkan buku-buku yang langka. Obsesinya adalah memiliki Wuthering Height Emily Bronte cetakan pertama. Gadis yang gila buku ini adalah seorang penulis. Dalam dua tahun, dia menerbitkan empat novel. Kisah-kisahnya indah, tetapi sendu. Roman sederhana yang sering kali berakhir dengan kehilangan.
Dia memiliki banyak pembaca karena itu, karena kisah-kisahnya yang sendu. Tulisannya adalah teman yang pas bagi perempuan-perempuan yang terluka. Bukan, bukan pelipur lara. Dia tidak menawarkan harapan. Dia semata-mata menyediakan bahu untuk dipinjam, jadi perempuan-perempuan itu bisa puas menangis hingga air mata mereka habis. Demikianlah Ayu memandang kehidupan ini selama dua tahun terakhir.
Dia memang tidak terlalu optimis sejak remaja. Buku-buku yang dia baca yang menyebabkannya demikian. Namun, selama dua tahun terakhir, dia semakin tidak menyukai kehidupan.
6. RECKLESS
Di balik cermin,
Ada dunia berisi tokoh-tokoh dongeng yang paling mengerikan…
Dalam perjalanan Jacob menyelamatkan nyawa adiknya, kita diajak menelusuri kehidupan dongeng yang familiar di telinga kita, seperti; Putri Tidur, Rapunzel, Orang Kerdil bahkan Rumah Kue.
Meski ini kisah fantasi, terlihat jelas ada pesan moral didalamnya. Bahwa perjuangan yang gigih tidaklah akan sia-sia meski nyawa taruhannya. Kisah Jacob ini representasi kehidupan kakak beradik. Betapa berartinya saudara dalam kehidupan kita.
Ada dua ratus lebih buku yang dijabarkan dalam buku ini yang merupakan dari buku-buku yang telah dibaca oleh penulisnya. Terlihat sekali kecintaan beliau dengan buku-buku yang tidak hanya sekedar dikoleksi, tapi juga memiliki arti tersendiri karena setiap buku seperti memilki jiwa masing-masing.
Peristiwa kecil tidak jarang mengakibatkan peristiwa besar. (hlm. 388)
Dibutuhkan beberapa bulan untuk menamatkan buku ini. Selain karena jumlahnya yang tebal, juga kandungan gizi isi bukunya yang sayang sekali jika kita membacanya hanya sekilas. Seperti yang disebutkan di awal postingan, setiap bab menampilkan berbagai buku yang memiliki jiwa masing-masing.
Sebuah buku hanya akan hidup kalau dibaca. Para pembacalah yang menyusun potongan-potongan gambar dan menciptakan dunia imajiner tempat para tokohnya hidup. (hlm. 290)
Dilihat dari judulnya, sangat terlihat bahwa buku ini beraroma buku banget.
Di buku-buku yang saya sebutkan tadi, rata-rata manusia dari dunia nyata yang masuk ke dunia fiksi. Nah, di buku ini kebalikannya. Billie, tokoh ciptaan Tom ini masuk ke dunia nyata, dunia penulisnya dan bisa dikatakan menyusahkan Tom. Kenapa? Tom yan mengalami writer’s block harus melanjutkan cerita yang dibuatnya agar Billie bisa kembali ke dunia fiksi. Mampukah Tom melawan writer’s block ini?
Perlu digarisbawahi, buku ini tidak termasuk buku fantasi. Semua yang dijabarkan dalam buku ini masuk akal, logika kita yang dimainkan.
Adalah Margaret Lea, penulis biografi muda. Ayahnya memiliki Toko Buku Antik Lea. Toko ini rumah sekaligus pekerjaannya. Baginya, ini sekolah yang lebih baik daripada sekolah mana pun, dan sesudahnya toko ini juga menjadi universitas pribadinya. Toko ini adalah hidupnya
Dia suka menggali kembali kehidupan orang yang terkubur dalam buku harian di rak arsip yang tak pernah dibuka selama seratus tahun atau lebih. Memberi kembali napas kehidupan pada memoar yang tak lagi dicetak ulang selama puluhan tahun membuatku gembira, melebihi apa pun.
David punya banyak waktu untuk membaca. Ayahnya telah mencoba mendorongnya untuk berteman dengan anak-anak tetangga, beberapa diantara mereka pengungsi dari kota, tetapi David tidak mau bergaul dengan mereka, dan mereka sebaliknya mendapatkan kesan sedih dan menjaga jarak dalam dirinya, yang membuat mereka tak mau dekat-dekat. Maka hanya buku-buku itulah yang menjadi teman David. Terutama buku-buku dongeng lama, yang begitu aneh dan seram dengan tambahan-tambahan cerita yang ditulis tangan dan lukisan-lukisan baru, semakin membuat David terpesona pada cerita-cerita itu. Mereka masihmengingatkannya pada ibunya, tapi dalam cara yang positif, dan apa pun yang mengingatkannya pada ibunya berarti bisa membantu menjauhkannya dari Rose dan anak lelakinya, Georgie. Kalau David tidak sedang membaca, tempat duduk dijendela memberinya pemandangan sempurna akan salah satu keanehan lain di rumah dan pekarangan itu; kebun cekung yang ada di halaman rumput dekat batas pepohonan.
1.Serial INKWORLD
Selama ini Meggie selalu percaya Mo punya banyak sekali buku. Namun begitu ia masuk ke rumah Elinor, Bibi Ibunya Meggie, keyakinannya berubah. Tidak ada tumpukan buku yang berantakan seperti di rumah Meggie. Setiap buku seperti punya tempat sendiri. Di tempat-tempat yang biasanya dipasangi hiasan, gambar, atau dibiarkan saja menjadi sebidang dinding kosong, Elinor malah memenuhinya dengan rak-rak buku. Di ruangan besar yang pertama mereka masuki bersama Elinor terdapat rak-rak putih yang tingginya mencapai atap. Di dalam kamar yang mereka lewati kemudian, rak-raknya berwarna hitam, sehitam ubin yang menutupi lantainya, begitu juga selasar yang mereka masuki setelah itu.
Meggie menamainya Tintenwelt –Dunia Tinta, tempat yang disebut Mo dengan nada menghina sementara ibunya kadang mengucapkan nama itu penuh dengan kerinduan. Tintenwelt, nama yang diambil dari judul buku yang menceritakan tempat itu; Tintenherz. Buku itu telah hilang namun ingatan ibunya masih begitu hidup seolah belum satu hari pun berlalu sejak dia terakhir kali berada di sana –dalam dunia yang terbuat dari kertas dan tinta hitam, tempat para peri dan para raja, peri air, peri api, dan pohon-pohon yang menjulang seakan meraih langit.
Elinor sangat menikmati penderitaan yang dibacanya dalam buku, tapi tidak pernah mengira bahwa dalam kehidupan nyata, kehidupannya yang selama bertahun-tahun selalu suram dan tidak diwarnai banyak kejadian, kepedihan semacam itu dapat merasuki hatinya.
Bila ia merasa berat sekali bangun di pagi hari, bila jantungnya semakin sering berdegup lemah tanpa alasan yang jelas, seolah-olah sudah letih berdetak secara teratur. Elinor mulai bertanya-tanya sendiri apakah jatuh sakit karena rindu setengah mati ternyata benar-benar ada dan bukan omong kosong belaka. Bukankah ia merasa, jauh di dalam hatinya, bahwa kerinduannya benar-benar meresap habis kekuatan dan selera makannya, bahkan kecintaannya terhadap buku? Rindu.
Ditulis oleh
Luckty
Giyan Sukarno
Pustakawan
SMA Negeri 2 Metro, Lampung
BACA JUGA: 10 Drama Korea Beraroma Perpustakaan
kangen bsia banyak bacabuku lagi, sekarang sangat terbaats karena mata tuaku gak bisa diajak kompromi
BalasHapus