Bulan jadi “ndredek” hatinya alias antara mangkel, jengkel
dan gak tau mesti ngomong apa lagi. Sudah hampir tiga bulan ini, adanya pandemik
memaksa sebagian bahkan banyak orang untuk bekerja secara wfh saja alias work from home,
bekerja dari rumah saja. Memang sih, ada juga yang mau gak mau atau terpaksa
harus juga ke luar rumah demi tetap bertahan hidup, sekedar mengais sesuap dua
suap nasi. Ya itu apa daya.
Pemerintah juga bukan tinggal diam. Mulai dari pemerintah
pusat hingga pemerintah daerah berkejaran menyiapkan ini itu, menerbitkan segala
peraturan, mengeluarkan tunjangan untuk rakyat terdampak Covid-19 walaupun
belum merata, dan yang lainnya. Ini semua agar warga tetap di rumah saja.
Melakukan semua aktivita dari rumah. Baik itu guru, siswa, dosen, mahasiswa,
ASN, pegawai swasta, dan masih banyak yang lainnya.
Begitu pun Bulan, pustakawan yang satu ini pun tidak tinggal
diam. Sebagai aparat sipil negara yang juga bagian dari aparatur pemerintah
ikut menyukseskan program di rumah saja, dengan bekerja dan beragam aktivitas
serba di rumah saja. Semoga semua yang serba di rumah saja menjadi bagian
solusi untuk mencegah menyebaran Covid-19 meluas dan memakan banyak
korban.
Nah sebagai pustakawan tentu Bulan sudah menyiapkan
serangkaian aktivitas selama wfh dengan
tetap melakukan kegiatan dan layanan perpustakaan kepada penggunanya dari
rumah. Pola daring dan semua serba online
menghiasi hari-harinya. Layanan referensi dengan menyediakan beragam ebook ataupun ejournal yang bisa diakses disiapkan untuk pengguna. Maka huntinglah Bulan sedemikian rupa
mengembangkan koleksi digital perpustakaan dengan memanfaatkan hibah gratis
yang disediakan lembaga penyedia dalam dan luar negeri secara legal.
Tak hanya itu, Bulan dengan tim kerjanya juga tetap membina
komunitas gemar membaca buku dengan mengadakana bibliobattle atau lomba mereview
buku secara daring dalam bentuk video. Dengan memanfaatkan media sosial
seperti instagram, facebook, dan twitter, acara ini banyak diminati oleh para follower perpustakaan Balitbangdiklat Kemenag
RI yang mencapai 1700 an followers.
Media sosial perpustakaan juga dimanfaatkan untuk
menyebarkan, menyosialisasikan aneka ragam informasi, kebijakan pemerintah, panduan-panduan,
fatwa ulama dan masih banyak yang lainnya terkait apa yang harus dan dilarang
dikerjakan warga selama adanya wabah Covid-19 ini.
Bahkan bukan itu saja, perpustakaan di mana Bulan bekerja
juga membuat kliping digital perpustakaan yang dirancang sedemikian rupa hingga
mudah dishare kepada para pengguna
dan informasinyapun update. Isinya
pun adalah subjek agama dan keagamaan yang dibutuhkan dan ramai diperbincangkan
masyarakat terkait aneka ragam ibadah disertai fatwa dan panduan-panduannya
selama masa pandemi Covid-19 ini. Hingga kliping ini mendapat apresiasi yang
cukup baik dari para penggunanya.
Bulan dan tim pun kerap kali mengadakan seminar atau sharing session tentang berbagai
informasi yang bisa dibagi untuk para penggunanya, mulai dari bedah buku, sharing session pengelolaan perpustakaan
secara daring, kemas ulang informasi atau information
repackaging diantaranya pembuatan kliping digital perpustakaan yang
mendapat respon cukup antusias dari peserta.
Sebagai seorang pustakawan, Bulan tidak saja fokus pada
pekerjaannya di perpustakaan yang sekarang dikerjakan secara daring. Sebagai
individu, Bulan pun ikut menyosialisasikan program pemerintah agar warga tetap
di rumah saja, menghindari kerumuman, berusaha menyebarkan beragam fatwa dan
kebijakan pemerintah yang perlu dipatuhi warga masyarakat. Mulailah Bulan
menyosialisasikan semua hal itu lewat grup-grup wasap yang diikuti mulai dari grup alumni SD, SMP, SMA, Kuliah,
grup RT hingga grup majelis taklim.
Bulan berharap apa yang dilakukannya semoga menambah kesadaran
warga akan pentingnya untuk tetap berada di rumah kecuali ada hal-hal darurat
dan mendesak yang membuat warga harus ke luar rumah. Itu pun harus mengikuti
protokol kesehatan yang dianjurkan, mulai dari memakai masker, menjaga jarak, mencuci
tangan dengan sabun, pola hidup bersih dan lainnya. Betapa Bulan sangat sedih
jika melihat dan mendengar berita banyak pasien yang terinfeksi wabah Covid-19,
bahkan banyak tim medis, para dokter dan
perawat yang berguguran demi menjadi garda terdepan penaggulangan
wabah ini.
Tetapi sekali lagi “ndredek” nya Bulan belum hilang. Bagaimana
tidak, rasa marah, kecewa, bahkan geram melihat kelakuan warga masyarakat yang
tidak patuh bahkan abai terhadap Covid-19. Pasar yang berjubel, bandara yang
tiba-tiba ramai, kerumunan di jalan dan masih banyak lagi yang lainnya. Sekolah-sekolah tutup, perkantoran tutup,
kampus tutup, rumah ibadah pun ikut sepi, PSBB diberlakuakn, mudik dilarang, sudah tiga bulan warga berdiam
diri di rumah, pengorbanan para tim medis yang mengharu-biru, hingga para
petugas di lapangan yang menjaga lingkungan agar tidak ada kerumunan, terasa terkhianati oleh mereka yang begitu
asyiknya lenggang kanggkung di keramian seolah tak ada masalah sama sekali. Kalo
sudah begini, siapa yang salah ya, warganya apa penguasanya ya…Bulan mumet
sendiri…
Tidak usah jauh-jauh, di lingkungan Bulan sendiri. Selama ini
di lingkungan tempat tinggal Bulan, warga masyarakatnya bisa dibilang cukup
patuh pada anjuran ulama dan pmerintah. Mereka berdiam diri di rumah, menjaga
pola hidup bersih, beribadah di rumah saja, mulai dari sholat Jumat hingga
shalawat Tarawih pada bulan Ramadhan ini semua dikerjakan di rumah saja. Tetapi entah, Bulan tak habis pikir, mendadak
ada wacana dari beberapa warga yang cukup dibilang pentolan untuk mengadakan
sholat Idul Fitri di mushola karena masjid-masjid tidak mengadakan sholat Ied sebagai imbas adanya Covid-19.
Duh…duh…duh…Bulan jadi mangkel. Jangankan sholat sunnah, sholat Jumat sebagai
sholat wajib saja di kerjakan di rumah, apatah lagi ini sholat sunnah, meskipun
sholat Idul fitri, kenapa harus di musholla. Ini sama saja mengumpulkan
keramian. Sementara protokol kesehatannya tidak dipikirkan. Duh…kenapa ini
mendadak seperti ini ya, Bulan bingung sendiri.
Tidak hanya itu, rumah Bulan tidak jauh dari suatu kawasan
yang terkenal sebagai pusat grosir dan home
industry pakaian anak, dewasa, dan aneka fashion lainnya mendadak ramai. Kenapa menjelang Lebaran ini yang
tadinya kawasan ini sepi, tiba-tiba menjadi begitu ramai? Bahkan kendaraan yang
lalu lalang membuat kemacetan yang begitu parah. Duh, apa lagi ini ya…Apakah
warga gagal paham kenapa selama ini harus di rumah saja, ataukah mereka memang
bandel? Sebegitu pentingkah baju baru di hari raya sementara mengorbankan
kesehatan diri sendiri dan orang lain. Duh…duh…duh…Bulah hanya bisa
geleng-geleng kepala.
Bulan merenung, dia mengingat-ingat pesan ulama. Tetap
berpikih jernih, akal sehat harus tegak, janganlah meniru keburukan dengan
keburukan. Berada di rumah, menjauhi kerumuan adalah bagian dari ibadah karena
menjauhi kemudharatan adalah lebih penting daripada yang
mendatangkan kemanfaatan. Tetap disiplin, bertahan di rumah, ibadah pun tetap
di rumaha. Ya benar, wabah ini adalah kerumuman. Di mana ada kerumunan di situ
ada wabah. Dengan warga istiqomah
semoga orang lain pun terbawa istiqomah
dan Allah pun akan mengangkat wabah ini dan kita pun bisa kembali berkativitas
seperti biasanya di era baru, era yang lebih berkah.
Ya, lagi-lagi Bulan hanya bisa berharap. Semoga perjuangan
selama ini tak sia-sia. Semoga kurva penyebaran Covid-19 dan korban yang
berjatuhan menunjukkan penuruan. Lebaran kali ini jadi titik yang menentukan.
Jika warga disiplin, semoga Covid-19 segera berlalu, dan kita tak ingin kembali
pada kondisi bulan Maret lalu. Tetapi jika warga membandel, warga masih ngeyel,
kerumunan di mana-mana, ya udah terserah…terserah…terserah deh. Ane bukan siape-siape, begitu Bulan
menggerutu.
keren mbak. jeritan hati bersama jadi terwakili lewat bulan, mantap badai
BalasHapusmenarik sekali dibaca jd pengen lagi dan lagi bacanya...
BalasHapusBulan yang penuh dengan fakta yang sulit terbantahkan bahwa disiplin dalam masyarakat Indonesia itu masih sangat rendah. Kepedulian hanya sebatas mulut saja ketika berkata "Jaga keluargamu, Jangan tularkan Covid kepada keluargamu" kalah karena keinginan memakai baju baru saat Lebaran.
BalasHapusPada akhirnya memang kita hanya bisa mengatakan terserah saja. Silakan lakukan yang kamu mau lakukan. Tapi, bagi saya sendiri bulan ini adalah saat yang tepat untuk mengatakan, saya akan jaga terus keluarga saya, terserah elu mau kayak gimana.
Bulan yang sulit bagi semua orang