Oleh: Dr. Ahmad Syawqi, S.Ag, S.IPI, M.Pd.I
(Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin)
(Pustakawan UIN Antasari Banjarmasin)
Seperti yang ketahui bersama bahwa pemerintah Indonesia melalui Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI telah menetapkan tanggal 14 September melalui surat Kepala Perpustakaan Nasional RI nomor 020/A1/VIII/1995 pada tanggal 11 Agustus 1995, sebagai Hari Kunjungan Perpustakaan (HKP), dimana ide tersebut lahir dari pemikiran Mastini Hardjoprakoso yang merupakan Kepala Perpusnas pertama yaitu tahun 1980-1998.
Sejarah HKP pencanangannya dimulai sejak 14 September 1995 di Banjarmasin dimasa pemerintahan Presiden Soeharto yang tujuannya adalah untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia yang tergolong masih rendah. Hinggi kini selama 25 tahun sudah, HKP terus dperingati dan digalakkan.
Perpustakaan seperti dijelaskan dalam Undang-Undang Perpustakaan RI Nomor 43 tahun 2007 pasal 1 ayat 1 mendefinisikan perpustakaan sebagai institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka. Dari definisi tersebut bahwa di era informasi saat ini perpustakaan mengalami transformasi seiring dengan kemajuan teknologi informasi, dimana perpustakaan tidak hanya sebagai sebuah tempat menyimpan dan meminjam buku saja.
Transformasi Perpustakaan
Menurut Joko Santoso, Kepala Biro Hukum dan Perencanaan Perpusnas RI, arah transformasi perpustakaan lebih bergeser kepada basis inklusi sosial yang mencakup 3 hal yaitu perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan yang menjadikan perpustakaan sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat yang mampu melahirkan berbagai inovasi dan kreatifitas masyarakat; perpustakaan sebagai pusat kegiatan perberdayaan masyarakat yang berkomitmen pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat; perpustakaan sebagai pusat kebudayaan melalui pelestarian dan pemajuan khazanah budaya bangsa secara berkelanjutan untuk kemajuan masyarakat.
Aspek transformasi perpustakaan mencakup 3 hal yaitu Koleksi, Ruang dan Layanan. Karakter dari KOLEKSI yang ditransformasi adalah koleksi perpustakaan yang BERMAKNA untuk membantu pemustaka dalam memahami diri dan dunia; REFLEKTIF-Gue Banget, pemustaka dapat melihat dirinya sendiri pada koleksi perpustakaan secara positif dan akurat; RELEVAN, koleksi perpustakaan berhubungan dengan pengalaman hidup dan signifikansi kecakapan hidup; MENVALIDASI, koleksi perpustakaan menegaskan nilai-nilai keberagamaan, kebenaran, kejujuran, keadilan, kegigihan); MEMBERDAYAKAN, memungkinkan pemustaka untuk berbuat perubahan positif dalam kehidupan diri dan komunitas mereka; INKLUSIF, koleksi perpustakaan mencerminkan spektrum keragaman seluas mungkin dalam hal konten, kepengarangan dan akses; MEMUDAHKAN, multimodal dan multiple media; dan MENUMBUHKAN, koleksi perpustakaan menumbuhkan kesadaran sosial, kesadaran politik dan kesadaran kultural.
Karakter dari RUANG yang ditransformasi adalah MENEGASKAN, ruang perpustakaan merayakan keragaman dan sikap positif ilmu pengetahuan; RESPONSIF, ruang perpustakaan adaftif dalam menghadapi perubahan demografi, kebutuhan dan minat pemustaka; MENGUNDANG, ruang perpustakaan mengundang beragam orang, keluarga dan anggota komunitas ke dalam ruang perpustakaan dan berkomunikasi; MENGHARGAI, ruang perpustakaan mengadaftasi sikap saling menghargai budaya masyarakat dengan memasukkan item-item budaya lokal; FLEKSIBEL, ruang perpustakaan dapat digunakan dalam berbagai tujuan oleh berbagai jenis pengguna individu, kelompok kecil, termasuk kelas-kelas pembelajaran; PERLUASAN; ruang perpustakaan serupa dalam dimensi fisik dan virtual; dan NYAMAN, ruang perpustakaan mengundang pemustaka untuk berlama-lama di perpustakaan.
Karakter dari LAYANAN yang ditransformasi adalah TRANSFER PENGETAHUAN, perpustakaan berusaha membangun akses pengetahuan ke pedesaan, termasuk mengubah perpustakaan menjadi penyedia layanan internet; LIFESKILL, perpustakaan berusaha mengembangkan kecakapan dan keterampilan kerja; KESEJAHTERAAN, perpustakaan mampu memastikan kesehatan dan kesejahteraan komunitas. Dalam waktu dekat, pustakawan harus menjadi mitra utama kesehatan masyarakat dalam mengembangkan upaya penelusuran kontak pandemi; PUSAT INFORMASI KRISIS, perpustakaan harus menyediakan layanan tanggap krisis/darurat dalam situasi bencana alam atau sosial; INKLUSIF, perpustakaan mampu menguatkan empati pemustaka yang beragam kondisi. Ramah difable dan menolong kaum marjinal dan sektor informal; PERLUASAN LAYANAN, perpustakaan menyediakan layanan yang tak terbatas pada fisikal, tetapi juga virtual; dan PARTISIPASI, adanya perpustakaan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat untuk berkegiatan dan berbagi pengalaman praktis di perpustakaan untuk memperluas transformasi pengetahuan.
Taman Surga Pengetahuan
Jika kita melihat kegiatan perpustakaan di era pandemi saat ini, banyak sekali mengadakan berbagai webinar gratis secara online, seperti seminar, workshop, bimtek, bedah buku yang menjadi surga ilmu pengetahuan bagi siapa saja yang ingin mengikutinya. Ketika kita bisa hadir berkunjung dan mengikuti webinar tersebut, maka berarti kita telah berada dalam sebuah majelis ilmu yang diibaratkan dalam Islam sebagai Taman Surga di dunia yang akan terus memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi setiap mereka yang haus dengan berbagai ilmu dan melalui perpustakaanlah sebagai salah satu pintu sumbernya ilmu pengetahuan.
Suatu ketika, Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu (RA) mendengar Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam (SAW) bersabda: “Jika kalian melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu).” (HR. Tirmidzi)
Dari hadits tersebut, yang dimaksud dengan taman surga adalah majelis ilmu/webinar yang mempelajari berbagai ilmu dengan dihadiri banyak orang dalam berbagai forum kegiatan. Bila umatnya melihat forum-forum seperti itu, maka segeralah singgah hadir bergabung, karena sejatinya itu bagian dari taman surga. Ternyata undangan spesial dari Nabi kita adalah menghadiri majelis ilmu.
Siapa saja yang memenuhi undangan ini juga akan mendapatkan hadiah istimewa langsung dari Allah, apa saja? Tidak tanggung-tanggung, Allah SWT berikan langsung empat hal bagi tamu taman-taman surga ini yaitu Allah turunkan ketenangan dalam hati, Allah berikan rahmat bagi mereka, para malaikat Allah kumpulkan ditengah majelis itu, Allah sebutkan orang yang menjadi tamu taman surga itu dihadapan para malaikat-Nya.
Ibnul Qayyim RA berkata, “Barangsiapa ingin menempuh taman-taman surga di dunia, hendaklah dia menempati majelis-majelis zikir, karena ia adalah taman- taman surga.” Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju surga.” (HR.Muslim).
Islam begitu tinggi menjunjung seorang penuntut ilmu (ahli ilmu). Janji Allah bagi orang yang berjalan dalam rangka menuntut ilmu syar'i, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga karena ia telah mendapat ilmu tentang bagaimana cara menuju surga.
Betapa indahnya keutamaan para penuntut ilmu, yang hadir dalam majelis ilmu atau berkunjung ke perpustakaan mencari ilmu sampai-sampai mereka dibicarakan oleh Allah SWT dan para malaikat. Mereka pun dicari-cari malaikat, sehingga saat di majelis ilmu, malaikat membentangkan sayap-sayapnya sebagai tanda perhormatan bagi para penuntut ilmu.
0 komentar:
Posting Komentar