Kondisi lingkungan berpengaruh terhadap kualitas hidup
manusia. Coba bayangkan betapa tersiksanya kita apabila lingkungan sekitar berbau,
kotor dan tercemar akibat polusi udara, air dan tanah. Alih-alih menikmati
hidup, lingkungan yang kotor dapat memicu berbagai penyakit yang menurunkan
kualitas hidup manusia. Apabila kita renungkan, sesungguhnya lingkungan rusak
akibat kebiasaan buruk manusia, antara lain: membuang sampah secara
sembarangan, menebang pepohonan tanpa upaya menanam kembali dan masih banyak
lagi. Celakanya, akibat rendahnya kesadaran manusia terhadap pentingnya
kebersihan dan kelestarian lingkungan maka kebiasaan buruk tersebut masih
terpelihara sampai saat ini. Bahkan kebiasaan tersebut diprediksi akan terus
ada di tahun-tahun mendatang jika tanpa ada upaya merubah kebiasaan tersebut.
Dilain sisi,
perpustakaan sebagai salah satu pilar peradapan memiliki tanggung jawab moral
untuk mengikis kebiasaan buruk terhadap lingkungan. Menurut cendekiawan,
perpustakaan merupakan wahana pendidikan non formal sepanjang hayat sebab
perpustakaan menyediaakan beragam sumber informasi yang dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan manusia. Jika ditelisik lebih
lanjut, apa benang merah antara perpustakaan dan pelestarian lingkungan? Benang
merahnya adalah literasi terhadap isu-isu lingkungan atau meminjam istilah Fritjof
Capra (Fisikawan Austria) adalah Ekoliterasi. Sebuah konsep yang dikenalkan
pada tahun 1995 yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup manusia dengan
memanfaatkan sumberdaya alam secara lestari dan berkesimbungan. Ekoliterasi
menyasar pada perubahan perilaku yang ramah lingkungan dan perubahan pola pikir
yang bersandar pada prinsip lestari dan berkesinambungan.
Perpustakaan R.I Ardi Koesoema, sebagai perpustakaan khusus dibidang lingkungan hidup dan kehutanan, mulai mengadopsi konsep ekoliterasi sejak 2019. Kegiatan ekoliterasi dikemas dalam beberapa event, seperti: penyuluhan kepada peserta Perkemahan Bhakti Saka Wanabakti dan Kalpataru di bumi perkemahan Cibubur tahun 2019, story telling tentang lingkungan yang menyasar pelajar sekolah dasar pada tahun yan sama. Ternyata kegiatan ekoliterasi tersebut mendapat sambutan positif baik dari siswa, guru maupun mitra perpustakaan R.I Ardi Koesoema. Menyadari bahwa merubah perilaku dan kebiasaan perlu dilakukan sejak dini dan berkesinambungan maka Perpustakaan R.I Ardi Koesoema rutin mengagendakan ekoliterasi setiap tahunnya. Namun pelaksanaan ekoliterasi tahun 2020 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Awal tahun
2020, Dunia digemparkan oleh pandemi Covid-19. Jejak-jejak virus covid-19 masih
dapat ditemui sampai saat ini. Guna mencegah penyebarluasan virus tersebut,
maka pemerintah pun memberlakukan protokol pencegahan virus dibarengi perubahan
perilaku sehat dengan menjaga kebersihan diri. Menimbang hal tersebut,
Perpustakaan R.I Ardi Koesoema menyelenggarakan ekoliterasi yang dikemas dalam
acara bercerita dengan tetap mengacu pada protokol pencegahan Covid-19. Para
peserta story telling bertema ‘Lingkungan Sahabat Kita’ diupayakan
mematuhi ketentuan seperti: mencuci tangan sebelum memasuki ruangan, menjaga
jarak dan memakai masker dan face shield. Peserta yang berasal dari perwakilan
kelas 4,5,6 salah satu sekolah dasar di Kabupaten Bogor tersebut dibatasi hanya
20 orang. Sedangkan siswa lainnya menyimak acara tersebut melalui link Zoom dan Youtube yang telah disediakan oleh panitia. Acara bercerita
tersebut menampilkan Kak Bugi dan boneka Otan-nya (orang hutan) dengan
menekankan pesan-pesan tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dengan
cara membuang sampah pada tertib, manfaat pepohonan, cara menyemaikan benih.
Selama acara, pendongeng menyelingi materi dengan menyanyi bersama. Terlihat antusiasme peserta
mengikuti dan menyimak kegiatan bercerita tersebut.
Penyuluhan
dalam bentuk mendongeng diyakini efektif dalam menyampaikan pesan kepada
audiens berusia anak-anak. Mendongeng merupakan kegiatan yang mengkombinasikan
aspek hiburan dan aspek informasi. Pesan dikemas secara non formal dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak. Boneka berfungsi sebagai alat
bantu visualisasi dalam menyampaikan pesan sehingga pesan cerita dapat
meninggalkan kesan mendalam dalam benak anak-anak. Diharapkan kesan kognitif terkait kelestarian lingkungan tersebut tersebut
akan berpengaruh positif terhadap perilaku (afektif)
anak-anak dimasa dewasanya kelak.
Sebagai
penutup, Perpustakaan sebagai pilar peradapan berperan penting dalam pelestarian
lingkungan melalui penyebar luasan ekoliterasi. Sebuah konsep yang bertujuan
membekali masyarakat dengan pengetahuan/seperangkat keterampilan mengakses
informasi terkait lingkungan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Khususnya
untuk anak-anak usia sekolah, ekoliterasi dapat dikemas dalam bentuk mendongeng.
Mengkombinasikan pesan verbal dan visual, mendongeng dinilai efektif untuk
meninggalkan kesan kognitif yang mendalam sehingga dapat merubah perilaku anak
dimasa dewasanya. Ekoliterasi sebagai wujud kepedulian perpustakaan terhadap
pelestarian lingkungan. Semoga tulisan ini bermanfaat. (RAH)
0 komentar:
Posting Komentar