9 Maret ditetapkan sebagai Hari Musik Nasional, bertepatan dengan lahirnya WR. Soepratman, tepatnya 9 Maret 1903. Berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) No. 10 Tahun 2013, tanggal lahir pencipta Lagu Indonesia Raya ini, ditetapkan sebagai Hari Musik Nasional. Seperti kita ketahui, lagu Indonesia Raya didengarkan pertama kali saat Kongres Pemuda ke II, tanggal 28 Oktober 1928.
Pandemi
selama dua tahun ini, salah satu sektor yang paling terkena dampaknya adalah
bidang permusikan. Selama pandemi, kita ‘dipaksa’ mengurangi aktivitas ke luar
rumah, apalagi berkeruman seperti menontor konser musik. Tentunya ini memukul
dunia musik tidak hanya secara nasional, tapi juga secara global.
Pembatalan
konser musik, tur keliling daerah, perisilan album maupun single, promo dari
radio ke radio, tentunya sangat berdampak kepada para pemusik Indonesia. Selama
dua tahun terakhir, tidak ada konser besar yang diadakan di Indonesia. Salah
satu konser besar yang awalnya diagendakan akan berlangsung tahun 2020 di GBK
dan berakhir batal karena mengguritanya pandemi di tahun itu adalah konser yang
diadakan oleh Raisa, salah satu penyanyi ternama Indonesia.
Sebenarnya saat
pandemi, banyak lagu-lagu hits bermuncul dan bisa dikatakan viral. Pertama, di
tahun 2020, meski masa pandemi, lagu Lathi
yang dinyanyikan Sara Fajira garapan Weird Genius yang terdiri dari Eka
Gustiwana, Gerard Liu, dan Reza Arap ini, tidak hanya booming di Indonesia saja, tapi juga menembus ke luar negeri. Poster
Weird Genius sendiri, pernah terpampang di papan iklan di sekitaran kawasan
Time Square, New York, Amerika Serikat sekitar Juli 2020. Di youtube, video
klip lagu Lathi ini sudah ditonton
sebanyak 123 juta kali dengan like
sebanyak 3,5 juta.
Sedangkan di
tahun 2021 kemarin, untuk memperingati 17 Agustus sebagai perayaan kemerdekaan
Indonesia, Alffy Rev feat Novia Bachmid, lagu Wonderfull Indonesia juga cukup menyita perhatian. Video klip yang
ditampilkan sungguh luar biasa. Menyuguhkan keberagaman Indonesia. Kini, video klip
lagu Wonderfull Indonesia sudah
ditonton sebanyak 32 juta kali, dengan mendapatkan like sebanyak 2,9 juta via youtube. Tak lama kemudian, muncul lagu
The Spirit of Papua yang juga masih garapan Alffy Rev. Kali ini beliau
berkolabrasi dengan Nowela Mikhelia, Epo D’fenomeno dan Funky Papua yang
ketiganya memang asli putra-putri yang mengharumkan tanah Papua. Di youtube,
video klip lagu The Spirit of Papua
ini sudah menembus 7 juta kali ditonton dengan like 749 ribu.
Ada banyak
manfaat yang bisa kita dapatkan dari mendengarkan musik. Pertama, mengubah mood. Mendengarkan musik yang rileks, tanpa disadari mampu memengaruhi mood. Misal
awalnya pikiran kita ruwet, menjadi rileks saat mendengarkan lagu atau instrument
yang sesuai kita inginkan. Kedua,
ketika mood kita sudah bagus, tentu manfaat selanjutnya dari mendengarkan musik
adalah meningkatkan konsentrasi dalam melakukan sesuatu. Ketiga, dengan mendengarkan musik, mampu merangsang otak. Keempat, manfaat selanjutnya adalah
melatih daya ingat. Kelima, musik juga bagus untuk kesehatan mental, mengatasi stress
dan gangguan tidur. Ya, mendengarkan musik sambil membaca buku bisa menjadi
pengantar tidur yang cukup efektif.
Sekarang ini,
sudah banyak perpustakaan yang menerapkan untuk pemutaran musik di ruangannya. Meski
begitu, perlu dipahami jika tidak semua ruangan dibutuhkan pemutaran musik. Untuk
di perpustakaan perguruan tinggi misalnya, yang terdiri dari beberapa ruang,
tentu tidak semua ruangan bisa diberikan sarana untuk pemutaran musik. Begitu juga
dengan perpustakaan sekolah yang cenderung memiliki keterbatasan ruang dan
tidak banyak sekat seperti tipe perpustakaan lainnya.
Tahun lalu,
dalam rangka HUT Perpusnas ke 41 adanya Layanan Studio Musik. Fasilitas ini
bersifat gratis. Berharap kedepannya, layanan ini membuka peluang bagi pemusik
untuk menyalurkan minat dan bakatnya.
Berharap kedepannya,
setelah pandemi ini berakhir, industri musik Indonesia bangkit kembali. Semoga tidak
hanya kafe-kafe saja, tapi juga perpustakaan bisa mempromosikan lagu-lagu
daerah dalam pemutaran musik di ruangan tanpa mengganggu kenyamanan pemustaka
yang datang berkunjung ke perpustakaan. Misalnya, saat perpustakaan baru dibuka
layanananya, bisa diputar satu atau dua lagu khas daerah di tempat perpustakaan
tersebut berdomisili. Begitu juga saat menjelang perpustakan tutup, bisa
didengarkan satu atau dua lagu khas daerah yang berbeda judul dengan lagu yang
diputar saat perpustakaan baru dibuka. Jika itu bisa diterapkan, tentunya
perpustakaan mendukung musik atau lagu dengan kearifan lokal, yang tanpa
disadari hari ini mulai tergerus dengan terpaan musik dari luar negeri yang
cenderung lebih diminati bagi generasi milenial, terlebih lagi generasi Z.
Ditulis oleh
Luckty Giyan Sukarno
Pustakawan SMA Negeri 2
Metro, Lampung
http://catatanluckty.blogspot.co.id/
http://perpus.sman2metro.sch.id/
Keren, memang walau tidak semua ruangan cocok diberi musik. tapi harus ada satu atau dua ruangan yang ada musiknya. Pemilihan musik juga ga boleh main-main nih agar pengunjung perpus betah. Salam kenal.
BalasHapus